Oleh Asyari Usman
Debat cawapres malam ini (21/1/2024) dibikin receh oleh Gibran. Ini penilaian cawapres 02 Mahfud MD. Pak Menko menunjukkan kejengkelan terhadap pertanyaan Gibran. Pertanyaan itu tentang “greenflation”.
Per definisi, “greenflation” adalah inflasi yang dipicu antara lain oleh kenaikan besar biaya teknologi tanpa karbon (carbon-free technologies). Ini terjadi karena banyak negara di dunia yang berusaha memenuhi komitmen lingkungan.
Intinya, semakin banyak program untuk menciptakan teknologi hijau, semakin besar biaya yang diperlukan. Diperkirakan inflasi yang disebabkan lonjakan biaya teknologi bebas karbon akan berlangsung lama.
Ketika Pak Mahfud diberi kesempatan untuk menjawab Gibran, Pak Menko pun menumpahkan kejengkelan. Dia mengatakan langsung kepada Gibran bahwa pertanyaan cawapres 02 itu recehan.
Pertanyaan debat cawapres kok recehan, kata Mahfud. Karena itu, kata Mahfud, dia tidak perlu menjawab pertanyaan recehan itu. “Tidak perlu dijawab,” ujar Mahfud.
Ini terjadi di segmen tanya antarcawapres. Dan di segmen ini pula Gibran disemprot oleh Muhaimin Iskandar (Gus Imin). Gibran kembali menguji Gus Imin dengan singkatan LFP.
Gibran kemudian menjelaskan bahwa LFP adalah “lithium ferro phosphat”. Yaitu, alternatif untuk nikel yang menjadi bahan baku batare kendaraan listrik.
Gus Imin kali ini tenang melayani tebak singkatan dari Gibran itu. Imin langsung mendamprat. Kata Imin kepada Gibran, kita ini berdebat untuk level kebijakan. Bukan untuk tebak-tebakan singkatan.
Menohok sekali. Gibran ditelanjangi oleh Gus Imin perihal level intelektualitasnya. Tapi, dasar tak punya malu, Gibran pun berusaha memoles agar pertanyaan dia itu terlihat berkelas dengan mengatakan bahwa Tom Lembong —anggota timnas Amin— sering menyebut-nyebut LFP.
Gibran menyatakan keheranannya mengapa Gus Imin tidak tahu apa itu LFP yang sering diulang-ulang Tom Lembong. “Masa Tom Lembong tidak kasih tahu cawapresnya,” lebih kurang begitu kata Gibran.
Jadi, debat malam ini (21/1/2024) membuat Mahfud dan Gus Imin tak punya pilihan lain. Mereka terpaksa blak-blakan bahwa Gibran tidak menunjukkan level cawapres.
Tampaknya, watak Gibran yang masih senang memojokkan lawan debat dengan singkatan, tidak berubah. Pola debat cawapres pertama dia teruskan. Ini dipicu oleh keterbatasan literasi tentang materi debat.
Penyebab lain adalah di dalam kepala Gibran sedang “booming” singkatan bahasa Inggris. Sehingga, yang receh pun dibawa ke panggung debat.
Kira-kira begini: yang receh sedang booming. Karena itu, tidaklah salah kalau kita munculkan istilah baru yang pantas diabadikan. Yaitu, Gibran Recehbooming Receh.[]
21 Januari 2024
(Jurnalis Senior Freedom News)