Muhaimin Iskandar mengajak para capres dan cawapres serta masyarakat di seluruh Indonesia untuk "tobat ekologis." Ketakutan Cak Imin soal kondisi Bumi sudah berulang kali disuarakan oleh ilmuwan dari seluruh dunia.
Cak Imin menyatakan dirinya dan Anies Baswedan mengajak Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo, dan Mahfud MD untuk sama-sama bertobat ekologis. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi Bumi.
"Saya hanya ingatkan Pak Prabowo, Pak Gibran, Pak Mahfud, Pak Ganjar, saya sama Mas Anies, untuk sama-sama tobat ekologis memperbaiki ke depan supaya lebih baik lagi," katanya dalam debat cawapres pada Minggu (21/1/2024).
Menurut Cak Imin, tobat ekologis sangat penting karena bencana ekologis sekarang terjadi di mana-mana. Korbannya, adalah rakyat kecil seperti petani yang gagal panen karena kondisi iklim.
"Bencana ekologis di mana-mana. Saya tidak salahkan siapa pun. Ini sebuah fakta yang harus diantisipasi bahwa kita sedang mengalami ancaman alam dan krisis iklim yang mengerikan. Panas global yang masuk, pada bagian mengakibatkan petani gagal tanam gagal panen," katanya.
Imbauan Cak Imin soal bencana ekologis sudah sering disuarakan oleh para ilmuwan.
Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal BioScience dan telah ditandatangani bersama oleh lebih dari 15.000 ilmuwan di 161 negara. Belasan ribu ilmuwan tersebut memperingatkan bahwa kehidupan di Bumi sedang terancam dan bergerak makin cepat menuju 'kiamat'.
"Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem karena meningkatnya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer," tulis makalah tersebut, dikutip dari Futurism, Minggu (21/1/2024.
"Sayang, waktunya sudah habis," imbuh penelitian tersebut.
Seperti banyak ilmuwan sebelumnya, 12 penulis studi dan ribuan penandatangan studi tersebut tidak hanya menunjuk pada industri bahan bakar fosil yang sangat berpolusi. Tetapi juga perwakilan pemerintah yang mensubsidi mereka sebagai salah satu akar penyebab efek bola salju iklim ini.
Menurut makalah tersebut, antara tahun 2021 dan 2022, subsidi bahan bakar fosil meningkat dua kali lipat dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun. Perlu dicatat bahwa jumlah tersebut hanya terjadi di Amerika Serikat, belum negara yang lain.
Peneliti mengatakan, beralih dari bahan bakar fosil, serta memerangi konsumsi berlebihan oleh orang-orang kaya adalah hal yang harus dilakukan.
Dua hal pertama itu perlu dilakukan untuk mencegah bencana lebih lanjut sebelum abad ke-21 berakhir pada 2100 mendatang atau 77 tahun lagi.