Thomas Trikasih Lembong atau yang akrab dipanggil Tom Lembong adalah Co-Captain Timnas Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1.
Sebelumnya, Tom Lembong pernah membantu Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Perdagangan pada 2015-2016 dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2016-2019.
Hal ini pun diakui dirinya saat menanggapi Gibran yang menyebut namanya dalam Debat Cawapres 2024.
Gibran menanyakan mengenai pandangan Cak Imin mengenai pemanfaatan nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.
Pasalnya, Timnas AMIN yakni Thomas Lembong selama ini terus menggaungkan penggunaan baterai berbasis lithium iron phosphate (LFP) untuk kendaraan listrik tanpa nikel.
"Akan saya gunakan apabila pertanyaannya belum jelas. Bagaimana Gus? Saya jelaskan juga gak papa? lithium ferro phosphate. Itu sering digaungkan pak Thomas Lembong itu," kata Gibran dalam debat tersebut.
Dalam sebuah kesempatan, Thomas Lembong atau yang akrab dipanggil Tom Lembong pernah mengungkapkan bahwa produsen mobil Tesla tidak menggunakan nikel sebagai bahan baterai mobil listriknya. Perusahaan tersebut telah beralih ke LFP.
Dalam Your Money Your Vote, Tom Lembong menuturkan bahwa dirinya mengapresiasi namanya disebut Gibran.
"Tentunya selama 7 tahun membuat contekan, menulis pidato dan berbicara bagi ayahnya, pak presiden (Joko Widodo), saya bisa mendeteksi rasa rindu bahwa saya tidak lagi di situ," ujarnya.
Benar jika Tom Lembong adalah sosok yang kerap kali membantu menyusun pidato Presiden Jokowi.
Dari beberapa pidato, ada salah satu pidato Jokowi yang paling mengguncang dunia. Pidato tersebut disusun oleh Tom Lembong bersama Mensesneg Pratikno.
Pidato ini disampaikan dalam forum Annual World Bank - IMF Meeting 2018, di Bali, Indonesia. Pidato ini mengutip kata-kata terkenal dalam film seri Games of Thrones.
"Winter is Coming" digunakan oleh Presiden Joko Widodo saat menggambarkan mengenai banyaknya masalah perekonomian dunia. Hampir seluruh delegasi memberikan standing applause terhadap pidato yang diberikan oleh Presiden tersebut.
Dalam pidatonya, Jokowi menggambarkan hubungan negara-negara maju seperti persaingan antar kerajaan yang terjadi dalam film tersebut, "Seiring perputaran roda, satu Great House tengah Berjaya, sementara House yang lain menghadapi kesulitan dan setelahnya, House yang lain Berjaya, dengan menjatuhkan House yang lain" ungkapnya.
"Yang penting adalah kekuatan bersama untuk mengalahkan Evil Winter agar bencana global tidak terjadi. Agar dunia tidak berubah menjadi tanah tandus yang porak poranda yang menyengsarakan kita semua," tambahnya.
Berikut pidato lengkap Jokowi yang menyinggung soal Game of Thrones:
Atas nama masyarakat Indonesia, saya menyampaikan terima kasih atas perhatian, dukungan dan bantuan dari saudara-saudara kira dari seluruh penjuru dunia untuk masyarakat NTB dan Sulawesi Tengah yg menjadi korban gempa dan tsunami. Hal ini menunjukkan persaudaraan kita sangat erat, persaudaraan untuk kemanusiaan dan persaudaraan untuk menyelesaikan masalah bersama kita.
Sepuluh tahun yang lalu, kita mengalami Krisis Finansial Global. Berkat langkah-langkah kebijakan moneter dan fiskal yang luar biasa, yang membutuhkan keberanian politik yang besar. Saudara-saudara para pembuat kebijakan telah menyelamatkan dunia dari depresi global yang pada waktu itu sudah di depan mata. Untuk itu, kami menyampaikan selamat atas kesuksesan Saudara-saudara dalam mengatasi Krisis Finansial Global tahun 2008.
Setelah 10 tahun berlalu, kita tetap harus waspada terhadap meningkatnya risiko dan kesiap-siagaan kita dalam mengalami ketidak-pastian global. Seperti yang disampaikan Nyonya Lagarde, terdapat banyak masalah yang membayangi perekonomian dunia. Amerika Serikat menikmati pertumbuhan yang pesat, namun di banyak negara terdapat pertumbuhan yang lemah atau tidak stabil. Perang Dagang semakin marak dan inovasi teknologi mengakibatkan banyak industri terguncang. Negara-negara yang tengah tumbuh juga sedang mengalami tekanan pasar yang besar. Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa: Winter is Coming.
Hadirin yang berbahagia,
Dalam beberapa dekade terakhir ini, negara ekonomi maju telah mendorong kami, negara ekonomi berkembang, untuk "membuka diri", dan ikut dalam Perdagangan Bebas dan Keuangan Terbuka. Globalisasi dan keterbukaan ekonomi internasional ini telah memberikan banyak sekali keuntungan, baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Berkat kepeduliaan dan bantuan negara ekonomi maju, kami negara-negara berkembang mampu memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dunia.
Namun, akhir-akhir ini, hubungan antar-negara-negara ekonomi maju semakin lama semakin terlihat seperti "Game of Thrones".
Balance of power dan aliansi antar-negara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan. Lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan terjadinya banyak masalah, seperti peningkatan drastis harga minyak mentah dan juga kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang.
Hadirin Yang Terhormat,
Dalam serial "Game of Thrones", sejumlah houses, Great Families bertarung hebat antara satu sama lain, untuk mengambil alih kendali "the Iron Throne". "Mother of Dragons" menggambarkan siklus kehidupan. Perebutan kekuasaan antar-para "Great Houses" itu bagaikan sebuah roda besar yang berputar. Seiring perputaran roda, satu Great House tengah Berjaya, sementara House yang lain menghadapi kesulitan, dan setelahnya, House yang lain Berjaya, dengan menjatuhkan House yang lain.
Namun, yang mereka lupa, tatkala para Great Houses sibuk bertarung satu sama lain, mereka tidak sadar adanya ancaman besar dari Utara. Seorang Evil Winter, yang ingin merusak dan menyelimuti seluruh dunia dengan es dan kehancuran.
Dengan adanya kekhawatiran ancaman Evil Winter tersebut, akhirnya mereka sadar: tidak penting siapa yang duduk di "Iron Throne". Yang penting adalah kekuatan bersama untuk mengalahkan Evil Winter agar bencana global tidak terjadi. Agar dunia tidak berubah menjadi tanah tandus yang porak poranda, yang menyengsarakan kita semua.
Para hadirin yang berbahagia,
Saat ini, kita sedang menghadapi ancaman global yang tengah meningkat pesat. Perubahan iklim telah meningkatkan intensitas badai dan topan di Amerika Serikat hingga Filipina. Sampah Plastik di laut di seluruh penjuru dunia telah mencemari pasokan makanan di banyak tempat. Ancaman global yang tumbuh pesat tersebut yang hanya bisa kita tanggulangi jika kita bekerja Bersama.
Baru lima hari yang lalu, dalam "Panel Antar-Negara Terkait Perubahan Iklim" atau IPCC, Bapak Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, dengan tegas mengingatkan kita kembali. Bahwa waktu sudah sangat mendesak bagi kita untuk bertindak dalam skala besar-besaran, guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tidak terkendali. Kita perlu segera meningkatkan investasi tahunan secara global sebesar 400% untuk energi terbarukan. Untuk itu, kita harus bekerja bersama menyelamatkan kehidupan bersama kita.
Untuk itu, kita harus bertanya: apakah sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk rivalitas dan kompetisi? Atau saat ini merupakan waktu yang tepat untuk kerja sama dan kolaborasi?? Apakah kita telah terlalu sibuk untuk bersaing dan menyerang satu sama lain sehingga kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang membayangi kita semua? Apakah kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang dihadapi oleh negara kaya maupun miskin? Oleh negara besar ataupun negara kecil?
Tahun depan kita akan menyaksikan Season Terakhir dari serial "Game of Thrones". Saya bisa perkirakan bagaimana akhir ceritanya.
Saya yakin, ceritanya akan berakhir dengan pesan moral Bahwa konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan bukan hanya bagi yang kalah, namun juga, yang menang.
Ketika kemenangan sudah dirayakan dan kekalahan sudah diratapi, barulah kemudian kedua-duanya sadar bahwa kemenangan maupun kekalahan dalam perang selalu hasilnya sama, yaitu dunia yang porak poranda. Tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Saya ingin menegaskan bahwa saat ini kita masuk pada "Season Terakhir" dari pertarungan ekspansi ekonomi global yang penuh rivalitas dan persaingan.Bisa jadi situasinya lebih genting dibanding krisis finansial global sepuluh tahun yang lalu.
Kami bergantung pada Saudara-saudara semua, para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia, untuk menjaga komitmen kerja sama global.
Saya sangat berharap Saudara-saudara akan berkontribusi dalam mendorong para pemimpin dunia untuk menyikapi keadaan ini secara tepat. Diperlukan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang mampu menyangga dampak dari Perang Dagang, Disrupsi Teknologi, dan ketidakpastian pasar.
Saya harap pertemuan tahunan kali ini berlangsung produktif.
Saya harap Anda semua mampu menyerap tenaga dan memetik inspirasi dari indahnya alam Bali dan Indonesia. Untuk menghasilkan kejernihan hati dan pikiran dalam memperbaiki kondisi finansial global untuk kebaikan bersama. Terima kasih.