Nama Geert Wilders sedang ramai diperbincangkan. Nama Politisi Belanda itu kembali mencuat setelah partai pimpinannya, PVV, memenangkan pemilu pada Rabu (22/11/2023).
Sejauh ini, meski menjadi pemenang, Wilders belum dapat mengamankan kursi mayoritas agar dapat menjadi Perdana Menteri (PM) Belanda. Walau begitu, Wilders memiliki sesuatu yang menghambat, yakni sikapnya yang anti Islam.
Wilders sendiri merupakan tokoh yang anti dengan Islam dan imigrasi yang dilakukan warga Timur Tengah ke Negeri Orange.
Ia kerap kali membuat aksi-aksi yang kontroversial seperti ingin mengusir Umat Islam yang tidak menerima prinsip Belanda untuk hengkang dari Negeri Kincir Angin.
Terbaru, ia memberikan peringatan terhadap kebijakan imigrasi yang diteken pendahulu dan rivalnya, Mark Rutte, yang akan ia kurangi saat menjabat sebagai PM.
"Kita harus menemukan cara untuk memenuhi harapan para pemilih kita, untuk mengembalikan Belanda sebagai nomor satu", kata Wilders dalam tanggapan pertamanya, seraya menambahkan bahwa "Belanda akan dikembalikan ke Belanda, tsunami suaka dan migrasi akan dibatasi."
Ia juga pernah tersandung kasus rasisme terhadap etnis Maroko. Pada tahun 2016, Wilders dihukum karena melakukan diskriminasi setelah ia menyebut warga Maroko sebagai "sampah" pada kampanyenya.
Karena sikapnya itu, ia yang berada di bawah perlindungan polisi sejak tahun 2004. Ia juga telah mendapatkan pertentangan keras dengan fatwa dari ulama Pakistan.
Keturunan Sukabumi
Sikap Geert dalam menyokong anti Islam dan anti imigrasi nyatanya juga mendapatkan perlawanan dari keluarganya.
Salah satunya adalah saudara laki-lakinya, Paul Wilders, yang menyebut mereka sebenarnya memiliki latar belakang imigran.
"Akar keluarga dan nama belakang kami berasal dari Jerman. Nenek kami adalah orang Indonesia dan istri Geert adalah orang Hongaria keturunan Turki. Kami semua adalah migran," ujar Paul pada 2020 lalu.
Dalam laporan media Belanda, Groene, kakek dari Geert Wilders disebutkan sebagai Johan Ording, yang pernah menjadi wakil inspektur keuangan publik di Jawa Timur. Ia menikah dengan seorang gadis bernama Anie Meijer
Ia dipulangkan dari Indonesia setelah diketahui terlibat dalam penipuan dan korupsi yang meluas di lembaga tersebut.
Namun, setahun sebelum pemecatan resmi diturunkan, Ording pindah menetap di Nice, Prancis, di mana ia berhasil memperoleh uang muka dalam jumlah besar dari konsulat Belanda.
Ording kemudian menerima keputusan pemecatan melalui telegram saat ia tinggal di wilayah miskin dan terisolasi di Provinsi Limburg Utara, Belanda.
Sementara itu, unsur Indonesia dalam diri Geert juga juga didapatkan dari neneknya yang juga istri Johan, Annie Meijer.
Dalam situasi penelusuran Geneanet, Annie yang bernama lengkap Johanna Magdalena Meijer lahir di Jakarta, 21 April 1902.
Situasi ini pun akhirnya membuat ibu Geert, Maria Anne Ourding, tersentuh unsur Indonesia. Ia lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada tanggal 23 Mei 1933.