Peneliti dan Guru Besar Politik Indonesia, Saiful Mujani mengkritisi alasan bakal capres nomor urut 2 dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto bergabung dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di 2019.
Saiful Mujani menilai Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo hanya berdalih dengan mengatakan akan terjadi perang saudara jika Prabowo Subianto tidak bergabung Jokowi.
Pasalnya ancaman perang saudara di 2019 berasal dari pihak Prabowo Subianto, karena setelah Jokowi menang banyak pihak Menteri Pertahanan itu tidak menerimanya, sehingga huru hara terjadi.
"Dalih aja lho. kalaupun ada ancaman itu sumber masalahnya di pihak elu. Yang bawa-bawa agama di politik 2019 kan pihak elu. Yang bikin huru hara setelah pemilu kan pihak elu yang ga terima kalah. Segala cara dipake untuk berkuasa," ucapnya dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Minggu (19/11).
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo mengatakan Indonesia bisa rusuh dan perang saudara jika Prabowo Subianto tidak bergabung pada pemerintahan Presiden Jokowi di 2019.
"Tapi kalau dia tidak ikut dalam pemerintahan Jokowi, kemungkinan besar Indonesia bisa pecah. Kita bisa rusuh, dan kemungkinan juga, kemungkinan juga Indonesia jatuh ke perang saudara," ucap Hashim dikutip dari oposisicerdas.com.
Adik kandung Prabowo itu menyebut Indonesia bisa bernasib sama seperti Yaman, Suriah, Libya, dan Irak. Bahkan di Sudan juga terjadi peperangan karena ego dua jenderal.
"Di Sudan sekarang ini dua jenderal yang egonya tinggi tidak mau ngalah, sekarang mereka akibatnya begitu. Egonya tinggi, maka ratusan ribu rakyatnya menderita, hilang rumahnya, hilang nyawanya dan banyak juga cacat karena perang," kata Hashim.
"Kakak saya tidak mau rakyat kita sama nasibnya seperti Irak, seperti Suriah, seperti Yaman dan seperti Libya. Waktu itu dia panggil saya ke ruang kerjanya di rumah, di Kertanegara kami berempat mata," tutup dia.