Heboh polemik penyebaran nyamuk Wolbachia.
Teknologi nyamuk Wolbachia hingga kini menuai berabgai komentar warganet.
Bahkan Kementerian Kesehatan RI mengakui, wilayah Jakarta Barat dan 5 kota lainnya akan menerapkan inovasi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
Tidak hanya Jakarta, Kemenkes juga menguji coba hal ini di empat kota lainnya, yaitu Kota Semarang, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik pada Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran DBD di Indonesia.
Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan Dengue.
“Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka,” ujar Siti berdasarkan keterangannya yang dikutip pada Rabu (15/11/2023).
Baca juga: Alami Demam Berdarah, Pasien Malah Diberi Transfusi Jus Buah Bukan Trombosit Darah, Berakhir Tragis
Siti mengatakan, teknologi Wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).
Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di lima kota berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
“Efektivitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015),” katanya.
Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.
“Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia,” ucap Siti.
Sebelumnya uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022.
Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani juga menegaskan adanya penurunan penyebaran Dengue yang signifikan setelah adanya penerapan Wolbachia.
“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015 - 2022) berada di bawah garis minimum,” kata Emma
Sementara Lurah Patangpuluhan, Yogyakarta Sigit Hartobudiono, menyebut masyarakat memang merasa khawatir dengan pemahaman tersebut. Mereka heran, nyamuk dilepas untuk mengurangi DBD.
“Tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD,” kata Sigit.
Kendati demikian, keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia.
Masyarakat tetap diminta untuk melakukan gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.