Seluruh rumah sakit yang masih beroperasi di Jalur Gaza Palestina terancam ikut lumpuh total dalam 48 jam ke depan, menyusul gempuran Israel yang terus menargetkan fasilitas medis di wilayah yang dikuasai Hamas itu dalam beberapa hari terakhir.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Dr Ashraf al-Qudra, mengatakan seluruh rumah sakit di wilayah itu terancam lumpuh total lantaran kekurangan bahan bakar dan logistik lainnya.
Al Qudra mengatakan layanan kesehatan sepenuhnya sudah tidak tersedia lagi, khususnya di bagian utara Gaza.
Dua fasilitas medis terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al Shifa dan RS Al Quds, menutup operasinya pada Senin pekan ini akibat kehabisan bahan bakar dan listrik untuk menjaga peralatan medis tetap berfungsi.
Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) menggambarkan situasi di Gaza sebagai situasi yang "mengerikan" dan menyerukan gencatan senjata dan pengiriman segera bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Palestina.
Saat ini, RS Al Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, juga masih dalam pengepungan drone hingga tank Israel. Hingga Selasa (14/11) pagi waktu setempat, rumah sakit tersebut masih terisolasi dari dunia luar.
Doctors Without Borders (MSF) melaporkan Israel bahkan mengerahkan penembak jitu untuk menembaki setiap orang yang keluar masuk dari RS Al Shifa. Banyak mayat juga dilaporkan berserakan di depan rumah sakit.
Para dokter dan pengurus RS Al Shia menuturkan drone-drone Israel terus berterbangan di kompleks rumah sakit dan menembaki setiap objek yang bergerak.
Seorang petugas medis tewas tertembak drone Israel saat berusaha mencapai ruang inkubator untuk menolong bayi prematur.
Dunia mengecam keras pengepungan RS Al Shifa ini, namun Israel berdalih rumah sakit ini menjadi sarang fasilitas Hamas.
Sebanyak 22 dari sekitar 35 rumah sakit di Gaza lumpuh total sejak agresi Israel ke wilayah itu pada 7 Oktober lalu.
Per Senin (13/11), korban tewas akibat agresi Israel ini juga telah mencapai 11.240 orang.
Sebanyak 4.630 dari total korban tewas tersebut merupakan anak-anak, dan 3.130 lainnya merupakan perempuan.
Jumlah korban tewas agresi Israel ke Gaza dalam sebulan lebih ini melampaui jumlah korban meninggal dunia akibat invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022.