Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pemerintah akan menghidupkan kembali gagasan penggunaan dinar emas sebagai mata uang cadangan. “Jika 5% hingga 6% negara-negara Islam mulai menggunakan dinar emas, ini akan menjadi awal yang positif karena memberikan kekuatan dan mengurangi ketergantungan pada dolar,” katanya dalam sesi tanya jawab Perdana Menteri (PMQT) di Dewan Rakyat, seperti dikutip dari FMT, Selasa, 17 Oktober 2023..
ADVERTISEMENT
Gagasan penggunaan dinar belum mendapat tanggapan yang berarti sejak tahun 1990an. Namun Anwar mengatakan hal itu akan menjadi salah satu topik diskusi dalam pertemuan mendatang mengenai ekonomi dan keuangan Islam di Kuala Lumpur pada bulan Desember ini.
Anwar menanggapi pertanyaan Ku Abdul Rahman Ku Ismail anggota DPR dari Kubang Pasu, yang menanyakan tentang penggunaan dinar emas sebagai mata uang cadangan dan apakah akan mendapat tentangan dari negara-negara yang saat ini menggunakan dolar AS.
Pertanyaan Rahman muncul di tengah pembicaraan mengenai upaya de-dolarisasi karena ringgit saat ini sedang mengalami depresiasi.
Secara historis, emas berfungsi sebagai pendukung mata uang fiat dan juga berfungsi sebagai mata uang cadangan dunia pada sebagian besar abad ke-20. AS menganut standar emas sampai presiden Richard Nixon menghentikannya pada tahun 1971.
Mantan perdana menteri Dr Mahathir Mohamad sebelumnya menganjurkan agar dinar emas sebagai mata uang cadangan internasional untuk negara-negara Muslim sebagai pengganti dolar AS karena terkadang tidak stabil.
Namun, usulan ini mendapat reaksi beragam dari para ekonom, beberapa di antaranya mengatakan bahwa Arab Saudi mungkin tidak tertarik dengan gagasan tersebut sementara yang lain lebih memilih “mata uang multi-bilateral” untuk mengurangi ketergantungan pada USD.
Anwar, yang juga menjabat Menteri Keuangan, mengatakan bahwa dinar merupakan alternatif yang layak dibandingkan USD, karena dapat memperkuat kekuatan ekonomi domestik suatu negara.
“Negara-negara Islam khususnya pasti sudah familiar dengan posisi dinar,” ujarnya. “Selain itu, telah terjadi pertumbuhan industri halal melebihi US$1 triliun.”