OLEH: SUGIYANTO - Pemerhati Sosial Politik / rmol
JIKA Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 melibatkan tiga pasang calon (paslon), maka sangat mungkin akan terjadi dua putaran.
Perkiraan ini didasarkan pada persyaratan konstitusi yang ketat. Salah satu persyaratan tersebut adalah bahwa paslon Presiden dan Wakil Presiden harus memperoleh lebih dari lima puluh persen suara.
Pilpres 2024 dengan dua putaran sangat masuk akal, mengingat hasil polling dari berbagai lembaga survei saat ini menunjukkan persaingan dukungan capres yang sangat ketat.
Mengenai hal ini, penunjukan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mungkin akan memiliki dampak yang signifikan pada dukungan di Pilpres 2024.
Jika pada Pilpres 2024 terdapat tiga paslon, maka paslon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berpotensi melaju ke putaran kedua.
Berdasarkan perkiraan ini, penting untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya aliansi atau koalisi baru antara calon presiden atau capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Tujuan pembentukan koalisi baru antara capres Prabowo dan Ganjar adalah untuk mencegah perpecahan dalam dukungan.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa setelah anak Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, menjadi ketum PSI. Sehingga, diyakini bahwa loyalis Jokowi akan mengikuti arah politik PSI.
Oleh karena itu, tanpa adanya koalisi, terdapat potensi kerugian besar, yaitu gagal melaju ke putaran kedua Pilpres 2024. Kondisi ini kemungkinan bisa dialami baik oleh Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo.
Dasar perhitungan politiknya adalah bahwa jika PSI mendeklarasikan dukungan untuk capres Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo, maka paslon Anies-Cak Imin atau Amin tetap menjadi pihak yang berpotensi mendapatkan keuntungan.
Dalam kalkulasi yang sederhana, jika PSI yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep mendukung Prabowo, maka Ganjar berpotensi mengalami kerugian.
Sebaliknya, jika PSI mendukung Ganjar, maka Prabowo berpotensi mengalami kerugian. Dengan demikian, Anies-Cak Imin menjadi calon yang mungkin lebih kuat dalam konteks ini.
Sepertinya saat ini PSI tidak akan mendukung paslon Amin. Namun perlu diingat bahwa keputusan politik dapat berubah sewaktu-waktu.
Aliansi politik seringkali dipengaruhi oleh dinamika politik yang terus berubah, dan segala kemungkinan selalu ada dalam dunia politik.
Pada saat ini, para calon presiden atau capres 2024 sangat mengharapkan tambahan dukungan dari basis pendukung setia Jokowi.
Dengan demikian, diyakini bahwa capres yang mendapatkan dukungan dari basis pendukung setia Jokowi memiliki peluang besar untuk memenangkan Pilpres 2024.
Untuk meraih kemenangan dalam Pilpres 2024, langkah awal bagi calon presiden adalah memastikan mereka dapat maju ke putaran kedua Pilpres 2024. Oleh karena itu, penting bagi para calon untuk mempertimbangkan kerjasama dengan PSI.
Dalam konteks ini, PSI memiliki potensi sebagai wadah bagi pendukung setia Jokowi. Dengan demikian, mendapatkan dukungan dari PSI dapat dianggap sebagai mendapatkan dukungan dari basis pendukung setia Jokowi.
Upaya Kaesang Pangarep untuk secara terbuka meminta dukungan dari pendukung Jokowi atau Jokower agar bergabung dengan PSI adalah langkah politik yang cerdas. Ini dapat disebut langkah politik “Kuda Catur” dari Kaesang Pangarep.
Strategi politik ini sangat menarik dan relevan dalam konteks dinamika politik terkini. Ini adalah langkah yang bisa memiliki dampak signifikan pada Pilpres 2024.
Sehingga dukungan PSI kepada Prabowo, Ganjar, atau Amin akan menjadi sesuatu yang memengaruhi percaturan politik Tanah Air.
Dalam konteks kalkulasi politik, penunjukan Kaesang Pangarep sebagai ketum PSI dapat berpotensi menguntungkan paslon Anies-Cak Imin dalam Pilpres 2024.
Hal ini terutama dalam skenario dengan tiga paslon. Amin memiliki peluang untuk melaju ke putaran kedua.
Oleh karena itu, pembentukan koalisi baru antara Prabowo dan Ganjar Pranowo penting untuk dipertimbangkan! Hal ini disebabkan karena peta kekuatan politik sepertinya telah berubah setelah Kaesang Pangarep menjadi ketum PSI. ***