Benarkah ada dendam kesumat dibalik hengkangnya Partai Demokrat dari Koalisi Perubahan gara-gara AHY tidak dijadikan bakal calon presiden.
Partai Demokrat memutuskan untuk meninggalkan Koalisi Perubahan setelah Anies Baswedan lebih memilih bermitra dengan Muhaimin Iskandar daripada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), telah mengunggah video yang mengungkapkan rasa kekecewaannya karena merasa dikhianati oleh Anies dan Partai NasDem.
Namun, pandangan ini mendapat perlawanan dari seorang ekonom senior, Rizal Ramli. Menurutnya, SBY hanya terlihat ingin mengulangi pola yang pernah ia terapkan di masa lalu, yaitu menciptakan dramatisasi untuk mendapatkan simpati publik.
SBY dinilai terampil dalam memainkan peran sebagai korban. "SBY paling jago memposisikan dirinya sebagai korban," kata Rizal Ramli sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Total Politik pada Jumat (15/9/2023).
Dia menambahkan bahwa SBY sebelumnya telah menciptakan kesan bahwa ia menjadi korban Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas untuk meningkatkan popularitasnya sendiri.
Jadi ini seperti drama yang sengaja dimainkan. Rizal mengatakan, sebelumnya SBY bukan tokoh penting, tetapi dengan mengaku sebagai korban, mampu menjadi tokoh yang sangat penting dalam politik Indonesia.
"Jadi itu memang drama yang dimainkan dari tadinya SBY nggak penting, bukan tokoh penting, jadi tokoh super penting dalam politik Indonesia. Karena dia ngerti, kalau kamu dizalimi, kamu akan naik namanya. Orang Indonesia kan melodramatic," kata Rizal.
SBY hari ini kata dia, mencoba menerapkan taktik yang sama, membuat kesan seolah-olah ia menjadi korban karena AHY tidak diusung sebagai calon. Namun, dia lupa bahwa situasi telah berubah.
Pandangan ini juga didukung oleh seorang politikus senior dari PDI Perjuangan, Panda Nababan. Menurutnya, SBY dan Surya Paloh memiliki masalah pribadi yang belum terselesaikan hingga ke akarnya.
"Aku udah feeling, apa yang terjadi sekarang ini jauh hari sudah saya duga, karena ada akar yang belum selesai antara SBY dengan Surya Paloh," tutur Panda.
Panda menduga bahwa Surya merasa tersinggung ketika SBY tiba-tiba mengungkit masalah BLBI yang diduga melibatkan dirinya.
"Ada akar konflik yang tidak selesai, di mana pada waktu SBY jadi presiden, dia minta Jaksa Agung Hendarman Supandji meriksa BLBI-nya Surya. Lalu pengakuannya Sudi Silalahi kepada saya, SBY minta berhenti (pemeriksaan tentang BLBI) karena nggak tahan dia menghadapi serangan Metro TV dan Koran Media Indonesia," terang Panda.
Konflik ini merupakan akar masalah yang mendasari tindakan Surya untuk menggabungkan Anies dan Cak Imin.
"Kita akan melihat bagaimana perkembangan ini berlanjut, ini masih tahap awal, dan drama-drama politik ini masih memiliki daya tariknya," kata Panda, merujuk pada kemungkinan bahwa Anies dan Cak Imin juga dapat mengurungkan niatnya untuk maju.