Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia, Rizal Ramli, menilai pentingnya Selat Melaka tak hanya sebagai jalur perdagangan dunia.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini pun mengingatkan agar waspada dengan motif RRC yang berpotensi untuk menguasai Selat Malaka.
Tak hanya itu, Rizal Ramli juga mengungkapkan Jokowi dan timnya harus belajar dari pengalaman dunia lain.
Rizal Ramli menceritakan, Waktu Perdana Menteri Najib Razak berkuasa di Malaysia. RRC ingin mendirikan pelabuhan besar di Johor Selatan.
"Diizinin sama Najib. Habis itu dia (China, red) pingin buat kota baru mewah sejenis BSD di Johor, dengan maksud ini real estate dijual sama penduduk RRC," beber Rizal Ramli.
RRC juga berkeinginan membangun pelabuhan di Indonesia. "China itu maunya juga sama. Dia sudah tanda tangan dengan Pak Luhut untuk bikin pelabuhan gede di Medan," urai Rizal Ramli dalam tayangan video yang dilihat FAJAR.CO.ID di akun Instagram @rizalramlipedia, Sabtu (16/9/2023).
Rizal Ramli mengigatkan, proyek China itu motifnya bukan hanya bisnis, tetapi juga menguasai pelabuhan.
Rizal Ramli yang pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasihat ekonomi PBB ini mencontohkannya di Srilanka.
"Dia (China, red) bikin pelabuhan gede di Srilanka. Hitungannya tidak masuk, pasti merugi," jelas pria yang pada 1978 ini pernah dipenjara oleh rezim Orde Baru karena kritik-kritiknya terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan Soeharto.
Negara itu pun tidak mampu membayar konsensinya, sehingga menambah penguasaan pelabuhan di negara tersebut. "Ini lebih sadis dari pengalaman Inggris di Hongkong, yang cuman 90 Tahun. Nih 150 tahun,"jelasnya.
Menurutnya, China mau mendirikan dua pelabuhan besar di Johor dan Medan. "Supaya angkatan lautnya bisa mangkal. Nah kalau dia (China, red) nguasain dua pelabuhan ini, Selat Malaka dia udah jepit. Kalau ada perang, China yang menang," urai pria yang pernah memimpin Bulog pada 2000 ini.
Dia merinci, 70 Persen perdagangan dunia itu lewat Selat Malaka. "Kalau sudah kunci dua ini, dia sudah kuasai, kalau ada apa-apa, " bebernya.
"Teman saya, Jenderal Luhut Pandjaitan, masa tidak mengerti ini. Motif China ini bukan bisnis, tapi strategic. Supaya bisa menguasai Selat Malaka," tegasnya. (eds)