Rizal Ramli menilai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang berusaha meraih simpati publik setelah sang anak, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), batal dijadikan bacawapres Anies Baswedan.
Menurutnya hal ini sebatas mengulangi drama SBY di masa lalu, yakni mem-framing Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas seolah tengah menzalimi dirinya.
"Jadi itu memang drama yang dimainkan dari tadinya SBY nggak penting, bukan tokoh penting, jadi tokoh super penting dalam politik Indonesia. Karena dia ngerti, kalau kamu dizalimi, kamu akan naik namanya. Orang Indonesia kan melodramatic," ujar Rizal, dikutip dari kanal YouTube Total Politik, Jumat (15/9/2023).
Namun yang tidak disangka, saat itu rupanya ada peran Surya Paloh dalam drama SBY. "Nah diputer terus ini di Metro TV 14 kali dalam satu hari, bahwa Mega Taufik itu menzalimi SBY. Jadi itu memang drama yang dimainkan," ungkap Rizal.
"Bahasa sederhananya tanpa dukungan Surya Paloh dan Metro TV, SBY mungkin nggak bisa jadi presiden, karena dia yang nge-gedein dramanya penzaliman. Jadi peranan Surya Paloh, Metro TV, nge-gedein SBY besar sekali," lanjutnya.
Namun peran besar Paloh ini rupanya malah dibalas dengan SBY yang cawe-cawe masalah BLBI, sebagaimana dituturkan politikus senior PDI Perjuangan, Panda Nababan.
"Ada akar konflik yang tidak selesai, di mana pada waktu SBY jadi presiden, dia minta Jaksa Agung Hendarman Supandji meriksa BLBI-nya Surya. Lalu pengakuannya Sudi Silalahi kepada saya, SBY minta berhenti (pemeriksaan tentang BLBI) karena nggak tahan dia menghadapi serangan Metro TV dan Koran Media Indonesia," terang Panda.
Akar konflik ini pula yang diduga menjadi penyebab Paloh kemudian membuat manuver dengan memasangkan bacapres jagoannya, Anies Baswedan, dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.