Sebuah gempa bumi kuat dengan magnitudo 6,8 Skala Richter (SR) telah mengguncang Maroko, sebuah negara yang terletak di wilayah Afrika Utara.
Gempa tersebut terjadi pada kedalaman relatif dangkal, yakni sekitar 18,5 kilometer, dengan pusat gempa berlokasi sekitar 72 kilometer barat daya Marrakesh atau 56 kilometer barat kota Oukaimeden.
Kejadian ini terjadi pada Jumat (8/9/2023) pukul 23:14 waktu setempat, sebagaimana dilaporkan oleh Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Menurut Kementerian Dalam Negeri Maroko, sedikitnya 632 orang telah kehilangan nyawa dan 329 lainnya mengalami luka-luka akibat gempa tersebut. Kepala Nasional Geofisika Maroko menyatakan bahwa gempa ini merupakan yang terkuat dalam satu abad terakhir di negara tersebut.
Pusat gempa ini berlokasi di wilayah al-Haouz di bagian barat daya Maroko.
Terdapat lebih dari 500 Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini berada di Maroko, meskipun kondisi mereka belum diketahui. Kementerian Luar Negeri Indonesia telah berkoordinasi dengan KBRI Rabat di Maroko.
Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai WNI yang menjadi korban jiwa atau mengalami luka-luka.
KBRI Rabat juga telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan komunitas Indonesia.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengonfirmasi bahwa hingga saat ini tidak ada informasi mengenai korban WNI.
Terkait delegasi Indonesia yang mengikuti konferensi internasional UNESCO di Maroko, mereka semua dilaporkan dalam keadaan aman.
KBRI Rabat akan terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak mengenai kemungkinan adanya WNI yang terdampak.
Noureddine Bazine, seorang jurnalis yang juga warga Marrakesh, menggambarkan gempa bumi ini sebagai bencana besar yang tiba-tiba bagi penduduk setempat. Ia menyatakan bahwa kerusakan terparah terjadi di wilayah al-Haouz.
Kota tua Marrakesh juga mengalami kerusakan yang signifikan karena bangunannya yang rawan runtuh.
Di daerah pegunungan Asni, dekat pusat gempa, sebagian besar rumah mengalami kerusakan.
Tetangga mereka terjebak di bawah reruntuhan, dan upaya penyelamatan sedang dilakukan dengan sarana yang tersedia.
Di sebelah barat, dekat Taroudant, guru Hamid Afkar melaporkan bahwa ia telah meninggalkan rumahnya dan merasakan gempa susulan setelah gempa awal.
Bumi berguncang selama sekitar 20 detik, dan pintu-pintu terbuka dan tertutup dengan sendirinya saat ia berusaha turun dari lantai dua rumahnya.(*)