Berdasarkan temuan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) bersama Universitas Sebelas Maret (UNS), dari 30 anak jalanan sebanyak 5 anak terpapar infeksi menular seksual (IMS). Bisa HIV hingga sifilis. Lalu ke mana Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka?
"Salah satu pejabat yang seharusnya paling bertanggung jawab atas hal ini, adalah Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. Sebagai pemimpin kota, Gibran tentu memiliki tugas moral dan administratif untuk melindungi warganya. Khususnya kelompok yang paling rentan, seperti anak jalanan," kata pakar Achmad Nur Hidayat, pakar kebijakan publik UPN Veteran, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Sebagai putra Presiden Jokowi, kata Matnur, sapaan akrabnya, Gibran terlihat belum sepenuhnya memaksimalkan potensinya dalam menangani masalah kesehatan publik. Penemuan kasus IMS di kalangan anak jalanan, adalah peringatan keras bagi Gibran dan jajaran pemerintahannya.
Tak salah bila Matnur punya penalaran seperti itu. Hari-hari ini, publik disuguhi manuver politik Gibran yang sempat disebut-sebut sebagai bakal cawapres. "Sepertinya memang ada ketidakseimbangan yang prioritas. Antara urusan lokal dengan politik nasional. Sehingga perhatian Gibran tak berfokus kepada masalah-masalah sosial yang mendesak di Solo," kata Matnur.
Sebagai pemimpin kota, kata Matnur, Gibran seharusnya lebih fokus kepada isu lokal dan meningkatkan layanan publik. Jadi, bukan malah sibuk tdengan dinamika politik nasional yang acapkali mengalihkan perhatian dari masalah konkret di hadapan mata.
Sebelumnya, Ketua Tim Riset Grup Dermatologi dan Venereologi Profil Infeksi Menular Seksual pada Anak Jalanan di Surakarta, dr Prasetyadi Mawardi Sp.KK(K), mengatakan, pada 25-26 Juli 2023, sudah melakukan penyuluhan, edukasi, dan skrining pemeriksaan infeksi menular seksual dan HIV/Aids.
"Kami telah memeriksa sekitar 30 anak jalanan dan orang-orang penyandang disabilitas sosial. Rentang usia mulai 15-51 tahun," kata Prasetyadi.
Menurut Kepala Subbagian Infeksi Menular Seksual RSUD Dr Moewardi, Surakarta itu, dari pemeriksaan yang diawali dengan persetujuan masing-masing orang, diperoleh, 5 dari 30 orang yang diperiksa, positif mengalami IMS. "Dari lima orang itu, salah satunya terpapar HIV reaktif dan empat orang terpapar penyakit sifilis," kata Prasetyadi.