Pengamat Politik Tatok Sugiarto, memberikan respons soal polemik yang terjadi di Rempang Tanah, Batam, Kepulauan Riau.
Tatok kemudian meneruskan pernyataan Rocky Gerung mengenai peristiwa mencekam tersebut.
"Apa kata Rocky Gerung tentang Peristiwa Rempang Batam," ujar Tatok dalam cuitan Twitternya (13/9/2023).
Pada potongan video yang diteruskan Tatok, Rocky Gerung blak-blakan mengatakan, masyarakat Melayu yang menetap di Rempang sejatinya sejauh sebelum Indonesia merdeka.
"Rempang adalah wilayah yang sebelum Indonesia merdeka dihuni oleh masyarakat Melayu. Tiba-tiba atas nama hak negara untuk membagi-bagi tanah itu, masyarakat digusur," kata Rocky.
Sesuatu yang tidak diterima Rocky, pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang mengatakan, penggusuran tersebut dilakukan atas hal yang memang telah dibagi negara pada investor.
"Lalu orang investornya siapa? Ternyata investor dari China. Itu menimbulkan lagi iri hati," ucapnya.
Tambah Rocky, masyarakat Melayu sejak 1834 sudah menetap di Rempang, sedangkan investor China 2024 baru mau mulai investasi.
"Jadi di dalamnya ada problem yang mendasar. Ini komunitas yang udah jadi. Kalau dibilang itu merampas hak-hak investor, negara harus kembalikan kepada investor, loh di situ ada sekolah-sekolah," tukasnya.
"Itu artinya negara menyetujui ada komunitas di situ. Anak-anak itu yang justru berhak meneruskan hak mereka belajar dengan tenang di Rempang. Bukan Investor," sambung dia.
Rocky menyebut, perlu untuk kembali melihat pada dimensi kesejarahan. Ada hak masyarakat adat di situ untuk merawat kulturnya. "Oh ini gampang, nanti kita pindahin, begitu ditinggalin kulturnya bubar. Dipindahkan ke rumah susun segala macam," sentilnya.
Lanjut Rocky, yang disebut sebagai keadilan sosial dan martabat manusia, serta kemanusiaan yang adil dan beradab di Rempang tidak diperlihatkan.
"Walaupun akhirnya pak Sigit mengaku itu ada kekerasan karena itu kembali pada negosiasi. Tapi justru Mahfud yang bersikeras di situ nggak perlu sebetulnya negoisasi, itu belas kasihan doang," tandasnya.
Rocky menekankan, pada peristiwa tersebut, negara terlihat bersikap arogan terhadap rakyatnya demi investor asing yang dia berikan ruang.
"Jadi kelihatan bagaimana negara arogan terhadap rakyatnya sendiri," kuncinya.