PT Waskita Karya (Persero/WSKT) Tbk dipercaya menggarap proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara senilai Rp4,3 triliun. Di sisi lain, BUMN karya ini dibelit utang jumbo Rp84,31 triliun.
Direktur Utama WSKT, Mursyid hanya bisa berjanji bahwa perseroan yang dipimpinnya mampu menjalankan amanat di IKN Nusantara. Sehingga, pelaksanaan upacara peringatan HUT ke-79 RI di IKN Nusantara, bisa terlaksana. Sesuai keinginan Presiden Jokowi.
“Saat ini, Waskita Karya memiliki porsi 60 persen lebih dalam pengerjaan proyek IKN. Perseroan juga turut memberdayakan pekerja lokal, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat setempat,” ujar Mursyid dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (28/8/2023).
Saat ini, kata dia, Waskita Karya tengah mengerjakan proyek jalan tol IKN Nusantara ruas 5A. Termasuk pembangunan Jembatan Dirgahayu yang akan menjadi ikon. Progresnya mencapai 33,67 persen. Serta, proyek Jalan Lingkar Sepaku Segmen 4 dengan progres 48,13 persen.
Kemudian, perseroan memenangkan tender pembangunan proyek Jalan Feeder Distrik Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, dan melakukan penandatanganan kontrak kerja pada awal Juli 2023.
Selain itu, terdapat proyek Gedung Sekretariat Presiden dan Fasilitas Gedung Penunjang, proyek Gedung dan Kawasan Kementerian Koordinator (Kemenko) Paket 3, proyek Gedung dan Kawasan Kemenko Paket 4.
Sebagai pendukung infrastruktur sumber daya air, perseroan turut membangun Instalasi Pengolahan Air Limpah (IPAL) 1, 2 dan 3 di IKN Nusantara.
Masih kata Mursyid, Waskita Karya berkomitmen untuk menyelesaikan restrukturisasi utang kepada para kreditur perbankan dan obligasi. Salah satunya dengan melontarkan usulan penundaan pembayaran kewajiban kepada kreditur perbankan dan obligasi, atau standstill.
Dia menyebutkan, penundaan pembayaran kewajiban tersebut, diperlukan untuk menjaga likuiditas perseroan. Mengingat kas yang dapat secara leluasa digunakan perseroan masih sangat terbatas.
Per 30 Juni 2023, perseroan tercatat memiliki kas hanya Rp4,6 triliun. Untuk menggunakan sebagian besar dari dana kas tersebut, Waskita Karya harus mendapat persetujuan dari kreditur.
Saat ini, kata Mursyid, perseroan berfokus untuk mendapatkan persetujuan dari seluruh kreditur perbankan dan obligasi, atas usulan restrukturisasi perseroan untuk dapat menyelesaikan proses restrukturisasi tersebut.
Dia menjelaskan, perseroan telah menyampaikan rencana restrukturisasi terakhir kepada seluruh kreditur sejak awal Agustus 2023, agar perseroan dapat kembali beroperasi secara optimal, dan mulai menyelesaikan kewajiban-kewajiban kepada seluruh kreditur, baik perbankan, obligasi, maupun vendor.
Selain itu, perseroan juga meminta persetujuan seluruh kreditur untuk dapat menggunakan seluruh kas yang dimiliki untuk mendukung rencana penyehatan, termasuk penyelesaian utang kepada vendor, pembelian kembali sebagian kecil utang obligasi untuk penerapan equal treatment antara kreditur perbankan dan pemegang obligasi, serta pemenuhan kebutuhan modal kerja agar dapat kembali beroperasi secara optimal.
Utang Jumbo Waskita Karya
Asal tahu saja, Waskita Karya menjadi salah satu BUMN karya yang mendapat sorotan. Lantaran utangnya yang terus menumpuk. Tak main-main, jumlah utang Waskita hingga Juni 2023, mencapai Rp84,31 triliun.
Perusahaan konstruksi pelat merah ini, gagal membayar obligasi yang jatuh tempo pada 6 Agustus 2023, senilai Rp 135,5 miliar. Itu belum termasuk bunga tetap sebesar 10,75 persen per tahun.
Sejatinya, sudah banyak karya gemilang dari Waskita Karya. Mulai dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Gedung Bank Indonesia (BI), Menara Graha Niaga, Menara Mandiri Plaza, serta Hotel Shangri-La.
Oh, iya ada satu lagi yang ketinggalan. Gedung BNI City yang konon kabarnya adalah gedung tertinggi di Indonesia.
Namun, gara-gara kesulitan keuangan, Waskita Karya terpaksa melepas sejumlah proyek pembangunan jalan tol. Sebut saja, Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) yang terpaksa diambil alih PT Hutama Karya (Persero/HK).
Serta proyek pembangunan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung (Kapal Betung) juga diambil alih Hutama Karya. Semua gara-gara itu tadi, modal cekak namun dipaksa membangun jalan tol.