Kebijakan sia-sia terulang lagi, langkah menyemprot air ke jalan untuk menangani polusi udara, rupanya sama tidak efektifnya seperti pemberlakuan work from home (WFH) untuk para Aparatur Sipil Negara (ASN)
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra mengungkapkan kebijakan menyemprotkan air dalam skala besar ke jalan bukan mencegah polusi udara tetapi justru memperburuk keadaan.
“Karena cenderung meningkatkan konsentrasi PM2,5–indikator dalam polusi udara–dan juga kelembapan,” jelas dia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (27/8/2023).
Menurut Tjandra, India pernah mencoba menyemprotkan air saat Kota New Delhi mengalami polusi udara. Namun ini tidak memberikan hasil yang memadai, dan media The Times of India pada November 2020 menyatakan bahwa menyemprotkan air mungkin tidak membuat masyarakat mendapatkan udara bersih.
Laporan mengungkapkan penyemprotan air akan ada gunanya hanya pada daerah yang sedang banyak membangun gedung dan menimbulkan debu, yang apabila terbawa angin dapat menyebabkan banyak debu beterbangan.
“Maka memang harus betul-betul dianalisa secara ilmiah cara apa yang akan kita gunakan untuk mengatasi polusi udara yang masih terus buruk pada hari-hari ini,” tutur Tjandra.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengerahkan empat unit water cannon untuk menyemprot jalan protokol dalam rangka mengurangi dampak polusi udara di Jakarta.
Penyemprotan ini dilakukan dari Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Sudirman hingga Patung Pemuda Senayan pada kedua sisinya pada Rabu (23/8/2023).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut langkah ini diambil lantaran polusi udara di Jakarta kini telah menjadi perhatian masyarakat.
“Maka itu Polri, khususnya Polda Metro Jaya melakukan kesiapan dengan pengecekan kendaraan taktis water canon dan kemudian melakukan penyemprotan jalan protokol guna mengurangi dampak polusi udara di Jakarta,” kata Trunoyudo.
Selain polisi, petugas pemadam kebakaran juga dikerahkan untuk menyemprot air ke jalan. Pemprov DKI Jakarta memastikan mobil pemadam kebakaran (damkar) bakal rutin menyiram ruas jalan protokol untuk menangani polusi. Nantinya mobil damkar bakal melakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari.
Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengatakan total ada 200 personel hingga 20 unit mobil damkar yang dioperasikan. titik penyiraman antara lain dilakukan di sekitar Patung Kuda di Jakarta Pusat, Blok M di Jakarta Selatan, Cawang di Jakarta Timur, hingga Slipi di Jakarta Barat. “Waktunya adalah jam 10, lalu jam 14, setiap hari,” kata Heru kepada wartawan di Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Diketahui, selain kebijakan menyemprot air ke jalan, pemerintah juga memberlakukan WFH bagi para ASN. Kebijakan ini nyatanya belum berdampak signifikan dalam mengatasi persoalan buruknya kualitas udara.
Data yang dirilis IQAir pada Sabtu (26/8/2023) malam, menyebut indeks kualitas udara di Jabodetabek masih masuk kategori tidak sehat. Wilayah Tangerang berada di posisi puncak dengan angka 153. Untuk urutan kedua, adalah wilayah Depok di angka 152, kemudian diikuti Bogor 133, Jakarta 127, dan Bekasi 111. Kelima wilayah ini memiliki tingkat konsentrasi polusi yang sama yakni PM2,5 atau sekitar 9 kali melebihi nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Tak hanya kualitas udara yang masih buruk, kebijakan WFH juga tidak mampu mengurai kemacetan di Jakarta, wilayah pertama yang menerapkan kebijakan WFH bagi 50 persen ASN sejak Senin (21/8/2023) lalu.