Oleh: Ahmad Khozinudin - Sastrawan Politik
WAKIL Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie Louisa, menyebut Prabowo Subianto menyesal pernah dekat dan didukung umat Islam pada Pilpres 2019 lalu.
Dalam video yang beredar viral, Grace menjawab pertanyaan terkait Prabowo yang dulu didukung kelompok intoleran saat Pilpres 2019.
Penyebutan kelompok intoleran pendukung Prabowo di Pilpres 2019 lalu tidak lepas dari tuduhan yang dialamatkan kepada umat Islam.
Sebab, pada Pilpres 2019 Prabowo didukung umat Islam berdasarkan hasil Ijtimak Ulama II, yang diselenggarakan di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Minggu (16/9).
Sikap politik Prabowo - sebagaimana disampaikan oleh Grace ini - jelas sangat menyakiti umat Islam. Pasalnya, dalam Pilpres 2019 lalu umat Islam sudah habis-habisan mendukung Prabowo.
Kalau mau itung-itungan, Umat Islam lah yang paling menyesal pernah mendukung Prabowo. Mengingat, setelah didukung dan kalah, ternyata Prabowo malah bersekutu dengan kubu lawan, menjadi bagian dari koalisi Jokowi.
Hanya saja ada hikmah besar yang dapat diperoleh dari statemen Grace, yang tentunya harus disikapi oleh umat Islam secara ksatria.
Pertama, Prabowo menyesal pernah didukung berdasarkan hasil Ijtima' Ulama umat Islam. Karena itu, pada Pilpres 2024 ini selain balik menyampaikan penyesalan pernah mendukung Prabowo, Umat Islam sekali kali tidak akan pernah mendukung Prabowo lagi.
Kedua, narasi politik kaum intoleran dan politik identitas sejatinya diarahkan kepada umat Islam. Karena itu, umat Islam harus bersatu untuk melawan tuduhan intoleran ini, dengan memastikan agar partai-partai yang berkoar-koar menyampaikan politik intoleran dan politik identitas, agar dipastikan kalah dalam Pemilu 2024.
Ketiga, umat Islam khususnya para ulama, harus berhati-hati agar tidak lagi memberikan rekomendasi preferensi politik kepada Prabowo atau politisi lainnya yang tidak ramah kepada Islam. Jangan sampai, dukungan politik yang keliru pada Prabowo akan terulang pada Pilpres 2024.
Keempat, karena PSI terbuka menyerang politik Islam, maka umat Islam juga harus terbuka menghadapi PSI dan seluruh partai yang anti Islam. Umat Islam tidak boleh jatuh dua kali pada lobang yang sama.
Biarlah, Prabowo menjadi bagian dari masa lalu, yang dapat dijadikan bahan muhasabah bagi masa depan. Umat Islam tidak boleh lagi terkecoh oleh figur dan sosok.
Umat Islam wajib memastikan, perjuangan dan pengorbanan itu hanya dan bagi syariat Islam. Bukan dipersembahkan kepada tokoh atau figur tertentu.
Umat Islam harus meniti jalan perubahan sendiri, tidak mengikuti rel politik yang telah disediakan parpol dan politisi culas.
Saatnya, umat Islam berdikari dengan menjadikan dakwah sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai kemuliaan, menuju izzul Islam wal Muslimin. Allahu Akbar ! ***