Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan sejumlah mitos masyarakat Indonesia selama yang mengahantui puluhan tahun.
SBY menyebut mayoritas mitos tersebut berkonotasi negatif dan sangat mungkin dapat dipatahkan jika semua elemen bangsa, termasuk pemimpinnya, bersatu untuk memberikan kontribusi terbaik bagi Indonesia.
Ungkapan SBY soal mitos bangsa Indonesia tersebut disampaikan dalam acara bertajuk 'Merajut Persatuan: Pesan dalam 78 Tahun Kemerdekaan' yang digelar oleh Jogja Disability Arts dan Yayasan Urun Daya Kota.
Tepatnya berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tanggal 25 Agustus 2023. Dilansir dari kanal Youtube Kompas TV, 25 Agustus 2023.
Pada kesempatan tersebut SBY menyampaikan pidato kebudayaan yang berjudul 'Mematahkan Mitos-mitos yang Membelenggu Kita'.
SBY kemudian memaparkan soal mitos-mitos terkait watak masyarakat Indonesia yang ditulis oleh beberapa tokoh pada puluhan tahun lalu.
Bahkan, kata SBY, ada pula mitos-mitos yang membayangi masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru atau reformasi.
Presiden RI ke-6 tersebut kemudian menyinggung soal ciri-ciri manusia Indonesia yang dikutip dari buku karya Mochtar Lubis pada tahun 1977.
Diketahui pada saat itu, wartawan sekaligus novelis senior tengah menulis sebuah pidato kebudayaan yang berjudul 'Manusia Indonesia'.
Mochtar dalam pidatonya lalu menggambarkan manusia Indonesia dengan enam watak, yakni munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya takhayul, berkarakter lemah, hingga berjiwa seni.
Kemudian setelah itu pada tahun yang sama, mitos lain juga disampaikan oleh sosiolog bernama Syed Hussein Alatas yang menulis buku berjudul Mitos Pribumi Malas.
Dalam buku tersebut, pernyataan Alatas justru menentang para kolonialis yang mengecap pribumi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pada saat itu, kolonialis menganggap masyarakat Indonesia berkarakter pemalas, terbelakang, bahkan memiliki intelektualitas rendah.
Gunnar Myrdal, pada sembilan tahun sebelumnya, yang juga merupakan peraih Hadiah Nobel, menulis buku berjudul Asian Drama.
Myrdal di dalam buku tersebut ingin menyampaikan bahwa kultur manusia di Asia yaitu sulit untuk maju karena pengetahuan yang rendah, tidak berkarakter, dan juga miskin.
Menurut SBY, mitos-mitos yang sudah disampaikan tidak bisa dilepaskan dalam konteks ruang dan waktu karena beliau melihat bangsa ini terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Kemudian adanya pengaruh globalisasi juga tentu berperan membawa pergeseran nilai-nilai, seperti perilaku, cara berpikir, sistem sosial, hingga sistem budaya bangsa.
”Saya punya keyakinan bahwa watak-watak negatif itu sudah ada pergeseran menjadi lebih bagus dan menjadi lebih positif. Sekarang kita makin produktif, makin berkeinginan untuk maju. Artinya, we are changing,” ucap SBY. (*)