Pegiat media sosial Guntur Romli membahas tentang kedekatan Habib Rizieq Shihab (HRS) dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan bakal capres Koalisi Perubahan Anies Baswedan.
Guntur mengatakan HRS lebih lama berkolaborasi dengan Prabowo Subianto sejak tahun 2014 ketika melawan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bahkan ketika itu Anies Baswedan menjadi lawannya.
"Tapi dibanding Anies, Rizieq lebih lama berkolaborasi dengan Prabowo, sejak tahun 2014 Rizieq adalah pendukung dan penyokong utama Prabowo, waktu itu Anies masih di pihak lawan Prabowo dan Rizieq," ungkapnya.
Ketika itu, Anies sempat melayangkan kritikan terhadap Front Pembela Islam (FPI) yang didirkan HRS dengan menyebutnya ekstrimisme, kemudian ia juga meledek Prabowo.
"Waktu itu juga Anies masih sempat melontarkan kritik yang tajam pada FPI dengan istilah ekstrimisme, kemudian Prabowo juga diledek oleh Anies sebagai individu orang yang ambisius yang mencalonkan diri dalam pilpres berkali-kali," bebernya.
Tapi kemudian pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2016, Anies berkolaborasi dengan HRS memainkan isu politik identitas untuk membuat dirinya menang melawan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Namun Pilkada DKI tahun 2016 Anies justru berkolaborasi dengan FPI dan Rizieq, memainkan isu politik identitas pakai agama dan ras untuk menyerang dan menjatuhkan Ahok," ujar Guntur.
Saat itu, HRS membangun gerakan 212 yang menuntut Ahok ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama, dan kemudian ia juga membuat rencana pemenangan Prabowo di Pilpres 2019.
"Rizieq membangun gerakan 212 memenangkan Anies di Jakarta dan rencananya memenangkan Prabowo dalam pilpres 2019, kita pun menyaksikan pilkada dan pilpres yang paling jorok dalam sejarah politik di negeri kita karena ada kolaborasi Rizieq dengan Anies dan Prabowo," tandasnya.