Kritikus Faizal Assegaf menilai Walli Kota Solo Gibran Rakabuming sedang mabok kuasa. Sikap itu, disebut malah memantik rakyat dan oposisi untuk melawan.
Salah sayu gerakan teranyar, saat beberapa tokoh, Rizal Ramlo dan Amien Rais menyambangi KPK. Mendesak kembaga anti rasuah itu mengusut kasus yang melibatkan Presiden Jokowi dan dua anaknya, Gibran dan Kaesang Pangarep.
“Gebrakan para tokoh oposisi mendesak KPK usut Jokowi dan kedua anaknya. Menyulut kepanikan Istana. Seruan itu memantik rakyat bersatu dan bangkit melawan kejahatan korupsi,” kata Faizal dikutip fajar.co.id, Kamis (24/8/2023).
Faizal bilang, sikap demikian bisa memantik kemarahan rakyat. Karena negara seolah menjadi lapak empuk kepentingan peribadi dan kelompok.
“Aneka pesta korupsi dan dansa politik kekuasaan yang sangat culas, tanpa henti disuguhkan. Tak peduli rakyat menjerit, hidup semakin sulit oleh segala rupa beban sosial-ekonomi,” ujarnya.
Karenanya ia merasa wajar bila para tokoh nasional, aktivis pergerakan, mahasiswa dan seluruh elemen perubahan terpaksa turun gunung untuk mendatangi KPK.
“Selain Jokowi, nama Gibran dan Kaesang menjadi fokus perlawanan. Diduga terlibat aneka skandal korupsi dan kolusi. KPK didesak bertindak adil dan transparan. Jangan tebang pilih!” ujarnya.
Namun Gibram kata Faizal, seperti biasa ngeles. Meminta dilaporkan saja jika ada bukti.
“Gibran kembali ngenyel dan ngeles. Terkesan semakin mabok kuasa, berceloteh menantang KPK dan oposisi: ‘Laporkan saja kalau ada bukti’,” ujarnya.
“Di balik tembok kekuasaan, Gibran seolah merasa sangat perkasa. Dia lupa, waktu semakin bergerak cepat mengusir bapaknya keluar dari Istan. Di saat itu, hukum akan berdiri tegak,” tambahnya.
Di sisi lain, dua bakal calon presiden, Prabowo Subianto dan Ganjr Pranowo disebutnya mengemis pengaruh Jokowi.
“Saling sikut dan hujat dipamerkan tanpa rasa malu. Publik dibuat resah dan muak,” ucapnya.
Sementaea itu, bakal calon presiden lainnya. Anies Baswedan dilihatnya bergerak makin masif.
“Di tengah situasi itu Anies Baswedan dan rakyat makin solid dan masif bergerak menyatukan potensi. Di seluruh daerah, desakan perubahan kencang bergulir. Melawan ketidakadilan,” tandasnya.
(Arya/Fajar)