China dilaporkan telah membangun sebuah pangkalan militer di "gerbang" RI. Ini merujuk laut kaya di utara Indonesia, Laut China Selatan (LCS).
Foto satelit diungkap perusahaan pencitraan Bumi, Planet Labs PBC. Beberapa gambar menunjukkan bahwa landasan terbang sepanjang 600 meter (2.000 kaki) telah dibangun di Pulau Triton di Kepulauan Paracel antara 12 Juli dan 15 Agustus.
Sejumlah pengamat pun mengomentari hal tersebut. Peneliti Gordian Knot Center for National Security Innovation di Stanford University, Raymond Powell, menilai, citra satelit itu kemungkinan besar gambanr pangkalan yang hanya dapat menampung pesawat patroli dan drone.
"Tetapi drone berukuran sedang dan pesawat turboprop berawak kecil dapat beroperasi dari pulau itu, yang akan membantu China menegaskan yurisdiksinya atas wilayah tersebut," katanya dikutip dari Radio Free Asia (RFA), Jumat (18/8/2023).
Secara garis besar, LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di "bibir lautan" itu.
Bukan hanya Indonesua, tetapi juga Brunei, Kamboja, China, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan. China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus".
Dengan konsep tersebut, Beijing mengklaim area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi).
Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik dunia akan perang terbuka yang mungkin saja terjadi karena konflik teritorial ini.
Kepulauan Paracel sendiri dikenal sebagai Kepulauan Xisha dalam bahasa Mandarin. Tak hanya diklaim China, Vietnam dan Taiwan juga memperebutkan area itu.
Namun Kepulauan itu diduduki seluruhnya oleh Beijing sejak 1974 setelah Angkatan Laut China mengalahkan Angkatan Laut Vietnam Selatan. Saat itu pertempuran laut singkat terjadi, yang menewaskan lebih dari 50 pelaut Vietnam Selatan.
"Triton adalah pulau terdekat dalam rantai ke Vietnam. Jika China memutuskan untuk secara permanen menempatkan pesawat patroli di sana, akan sulit bagi Vietnam untuk menyamai kehadiran yang setara," kata Powell.
Sementara itu, analis lain, Greg Poling dari Asia Maritime Transparency Initiative mengatakan bahwa garis panjang yang terlihat pada gambar mungkin bukan landasan terbang. Ia menyebut perlu melihat perkembangan lebih lanjut sebelum bisa mengambil kesimpulan.
"Tampaknya itu adalah tanggul, atau jalan layang, dengan taji yang mengarah ke dua area baru tempat bangunan sedang dibangun," pungkasnya.
Sebelumnya aktivitas China di LCS membuat gusar Filipina. Pada 8 Agustus lalu, Manila mengklaim penjaga pantai China telah menembak meriam air ke kapal-kapalnya di LCS.
Pemerintahan Ferdinand Marcos Jr (Bongbong Marcos) menyebutnya ilegal dan sangat berbahaya. Hal ini terjadi di Kepulauan Spratly, tepatnya di Second Thomas Shoal yang berjarak sekitar 200 kilometer (km) dari pulau Palawan di Filipina dan 1.000 km dari pulau Hainan, daratan besar terdekat di China.
Dilaporkan bagaimana penjaga pantai Filipina awalnya mengawal kapal-kapal untuk membawa makanan, air, bahan bakar, dan perbekalan lainnya untuk personel militer Filipina yang ditempatkan di kepulauan itu. Namun China menyebut mereka masuk ke wilayahnya tanpa izin.
"Penjaga pantai China dan rutinitas angkatan laut memblokir atau membayangi kapal-kapal Filipina yang berpatroli," kata pemerintah Filipina, dimuat AFP.
"Tindakan penjaga pantai China seperti itu tidak hanya mengabaikan keselamatan awak penjaga pantai Filipina dan kapal pemasok, tetapi juga melanggar hukum internasional," tambahnya.