Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Teka-Teki 2 Parpol Diduga Terkoneksi Dengan Panji Gumilang, Curi Jutaan Suara Dari Al Zaytun!

 


Gonjang-ganjing Ponpes Al Zaytun, Indramayu, terus bergulir. Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang, kabarnya sudah memiliki lebih dari 40 juta pengikut.

Dengan banyaknya pengikut, Panji Gumilang disebut-sebut kerap 'berbisnis' dengan partai politik (parpol) saat Pemilu dan Pilpres.

Dugaan itu dibongkar Analis Kajian Terorisme, Al Chaidar. Pria yang juga mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) itu menyebut Panji Gumilang kerap meraup untung saat Pemilu dan Pilpres tiba. 

Hal itu dibongkar Al Chaidar dalam kanal YouTube tvOneNews, Senin (3/7/2023).

"Bahkan untuk menghadapi Pemilu, Pilpres sering dibagi itu 20 juta jemaah memilih partai ini, 20 juta jemaah memilih partai ini (lainnya)," ucap Al Chaidar.

"Ada dua partai."

Al Chaidar memastikan ada dua partai yang menjadi 'langganan' suara pengikut Panji Gumilang.

Demi mendapat suara pengikut Panji Gumilang, kata Al Chaidar, dua parpol tersebut rela menggelontorkan puluhan miliar uang.

"Bahkan mereka semacam agensi politik yang dilakukan Panji Gumilang untuk mendapatkan dana tambahan," ujar dia.

"Karena jumlah umatnya kan banyak sekali, lebih besar dari anggota partai politik itu sendiri."

Namun, Al Chaidar enggan menyebut nama dua partai yang berkaitan erat dengan Panji Gumilang.

"Daripada mereka mengeluarkan dana kampanye 80 sampai 100 miliar, akhirnya mereka memberikan pada Al Zaytun," tukasnya.

Al Chaidar: Panji Gumilang Direkrut Jadi Partner Intelijen dan Kuasai NII KW 9

Eksistensi Panji Gumilang sebagai pemimpin Al Zaytun sekaligus NII KW 9 sejatinya tak lepas dari program defeksi pemerintah Orde Baru.

Pengamat terorisme, Al Chaidar, mengatakan untuk menangani orang-orang yang anti terhadap Pancasila, pemerintah Orde Baru berupaya untuk mengumpulkan mereka yakni memiliki ide-ide mendirikan negara Islam. Namun demikian, program defeksi yang dikembangkan pemerintah justru menjadi berlebihan.

"Sehingga kemudian program ini menjadi blunder dan itu bisa kita lihat di dalam kasus Al Zaytun ini. Dalam Al Zaytun ini kita bisa melihat bagaimana kemudian Panji Gumilang yang sebenarnya bukanlah intelijen, dia adalah orang yang direkrut oleh intelijen untuk dijadikan salah satu partner, bukan sebagai agen. Kalau agen itu orang yang berada di lingkaran intelijen itu sendiri, sementara di luar luar lingkaran itu tetapi mendapat proteksi dan dukungan yang sangat besar sangat masif itu disebut partner," kata Al Chaidar.

Untuk mengembangkan program defeksi tersebut, menurut Al Chaidar, Panji Gumilang yang menjadi partner intelijen harus dapat merebut faksi NII. Ia kemudian berhasil merebut faksi NII KW 9 yang pada awalnya dipimpin oleh Adah Jaelani.

"Kemudian dia (Panji Gumilang) merebut kekuasaan dari mereka itu. Orang yang sudah tidak lagi menjabat itu direkayasa sehingga mereka tertangkap, setelah tertangkap kepemimpinan jatuh kepada Abu Maarik alias Abu Toto (Panji Gumilang)," katanya.

Sejak saat itu, Panji Gumilang merebut kendali sekitar 2 juta orang. Dengan itu ia berupaya melakukan sentralisasi dan penguasaan dari pengumpulan dana zakat infak sedekah dan wakaf.

Panji Gumilang pun memiliki banyak perencanaan mulai dari mendirikan pesantren yang semula rencananya bernama Al Firdaus yang kemudian menjadi Al Zaytun.

Ia juga berencana mendirikan PAUD dan Universitas di berbagai daerah. PG juga ingin memiliki bank, yang kemudian ia berhasil menguasai bank CIC. Selain itu, PG juga memiliki ambisi untuk membuat pelabuhan dan memiliki kapal-kapal yang banyak.

Untuk itu, menurut Al Chaidar dana dari 2 juta orang yang awalnya per bulan mencapai Rp 60-Rp 80 juta, oleh PG dilakukan pengumpulan dana setiap hari yang laporannya disampaikan setiap pekan dan bulanan.

Hasilnya dari pengumpulan dana harian itu untuk bisa mencapai Rp 8-12 juta per harinya untuk tingkat kecamatan versi NII KW 9. Ia pun kemudian membuka pos-pos baru untuk meraup dana yang lebih besar dari orang-orang.

"Gerakan ini kemudian tidak hanya dari ziswaf, ditambah lagi oleh Abu Toto ini pos tabungan harian, qirod dan lainnya," katanya.

Dari total dana yang masuk kata Al Chaidar hanya 10 persen yang digunakan PG untuk pembangunan Al Zaytun dan berbagai programnya yang lain, sementara 90 persen dikuasai Panji Gumilang dan turut mengalir ke para jenderal-jenderal Orde Baru.

Sumber Berita / Artikel Asli : WOW Tribunnews

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved