Seorang guru sejarah sekolah menengah di Prancis ditikam sampai mati di dekat sekolah di mana awal bulan ini.
Peristiwa ini, kata pejabat Prancis pada Jumat lalu, terjadi setelah dia menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad, yang dianggap menghujat umat Islam.
Penyerang ditembak mati oleh patroli polisi tidak jauh dari lokasi serangan pada Jumat sore, di pinggiran pemukiman barat laut Paris.
"Salah satu warga kami dibunuh hari ini karena dia mengajar, dia mengajar murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada wartawan di tempat serangan itu.
"Rekan kami diserang secara mencolok, menjadi korban serangan teroris Islam," kata Macron. "Mereka tidak akan menang ...Kami akan bertindak. Dengan tegas, dan cepat. Anda dapat mengandalkan tekad saya,'' ujarnya lagi seperti dikutip laman Jerusalem Post.
Insiden itu menggemakan serangan lima tahun lalu di kantor majalah satir Charlie Hebdo.
Itu menerbitkan karikatur Nabi Muhammad, melepaskan perpecahan yang masih menimbulkan masalah di masyarakat Prancis.
Pembunuhan hari Jumat, dengan menargetkan seorang guru, ditafsirkan oleh banyak tokoh masyarakat sebagai serangan terhadap esensi kenegaraan Prancis, dengan nilai-nilai yang dianutnya adalah sekularisme, kebebasan beribadah, dan kebebasan berekspresi.
"Malam ini, Republik yang diserang," Menteri Pendidikan Prancis, Jean-Michel Blanquer menulis dalam tweet.
Korban serangan hari Jumat menderita beberapa luka pisau di leher, menurut seorang perwakilan polisi.
Salah satu sumber penegak hukum mengatakan bahwa guru tersebut telah dipenggal dalam serangan itu.
Penyiar Prancis BFMTV melaporkan bahwa tersangka penyerang berusia 18 tahun dan lahir di Moskow. Petugas penegak hukum tidak menyebutkan nama penyerang, atau korbannya.
Sumber polisi mengatakan bahwa para saksi telah mendengar penyerang berteriak "Allahu Akbar," atau "Tuhan Yang Maha Besar."
Serangan terjadi di jalan di depan sekolah menengah tempat korban bekerja, di pinggiran kota Conflans Sainte-Honorine.
Daerah tersebut merupakan lingkungan kelas menengah dengan banyak penduduk yang pulang pergi bekerja di Paris.
6 Remaja Muslim Jadi Terdakwa
Pengadilan magistrat anti-terorisme Prancis memerintahkan 14 orang, termasuk 6 remaja Muslim, untuk menduduki kursi terdakwa dalam kasus pembunuhan Samuel Paty tahun 2020, guru sekolah yang menjadi target penyerangan setelah menampilkan kartun Nabi Muhammad di kelas.
Paty, yang mengajar sejarah dan geografi di sekolah menengah pertama Conflans-Sainte-Honorine, 40 kilometer arah barat laut dari Paris, digorok lehernya setelah menampilkan kartun Nabi Muhammad di depan murid-murid dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.
Pembunuhan dilakukan oleh pemuda kelahiran Chechnya berusia 18 tahun bernama Abdullakh Anzorov, yang kemudian ditembak mati oleh polisi.
Jaksa mengatakan dua teman Anzorov menemaninya membeli pisau, salah satu dari mereka mengikuti pelaku ke sekolah.
Enam orang lain yang sudah dewasa akan diadili dengan tuduhan berkaitan dengan tindak terorisme, lapor RFI Rabu (17/5/2023).
Lima remaja yang berusia antara 14 dan 15 tahun ketika peristiwa pembunuhan terjadi akan diproses di pengadilan anak. Mereka terancam hukuman lima tahun penjara.
Seorang anak perempuan murid sekolah tersebut akan disidang dengan tuduhan fitnah.
Ayah dari salah satu murid Paty, yang mengkampanyekan di media sosial untuk mengambil tindakan terhadap guru itu meskipun putrinya tidak masuk sekolah saat kartun dipertontonkan di kelas, juga menjadi terdakwa.
Ayah dari siswi itu dikabarkan bertukar pesan dengan Anzorov lewat WhatsApp beberapa hari sebelum pembunuhan