Penetapan tersangka oleh Kejaksaan Agung RI terhadap Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menambah catatan merah di pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Pasalnya, melihat dari kasus menteri yang sebelummya tertangkap karena korupsi, seakan tidak ada efek jera bagi pejabat pemerintah untuk menahan hawa nafsu korupsi.
Justru sebaliknya, tidak ada penyesalan dari para pelaku korupsi bila terbukti terlibat dalam kejahatan ini dengan berkancah kembali ke dunia politik.
Begitulah pandangan, Direktur Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan dalam diskusi daring bertema ‘Johnny G Plate Ditahan, Surya Paloh Akan Menyerah Atau Melawan?’ pada Sabtu (20/5).
“Kalau sekarang orang korupsi misalkan Anas Urbaningrum lihat aja spanduk dia sepanjang Puncak, Depok apa banyak spanduk Anas sebagai tokoh besar Republik Indonesia.
Jadi sekarang koruptor-koruptor keluar dia jadi jagoan, Ini ngeri Indonesia ini kasus korupsi di zaman Jokowi semua sudah imun, enggak ada lagi yang mau bilang aku koruptor aku malu keluar,” tegas Syahganda.
Syahganda pun menyebut dampak para koruptor usai bebas di era Susilo Bambang Yudhoyono masih lebih baik ketimbang Jokowi.
“Kalau zaman-zaman 5-10 tahun lalu jaman pak SBY banyak koruptor keluar penjara diam, di belakang layar, ada teman saya yang ngaku dapat uang e-ktp ya saya tanya kenapa lo sekarang jadi kiayi? Ya dia takut dibongkar-bongkar soal urusan e-ktp dia malu,” kata Syahganda.
Terbaru, Kejaksaan Agung RI menetapkan Johnny sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek BTS 4G Bakti Kominfo.
Tak hanya ditetapkan sebagai tersangka, Johnny yang juga Sekjen Nasdem itu langsung ditahan.
Johnny diduga melakukan korupsi proyek penyediaan BTS 4G infrastruktur pendukung paket 1, 2, 3, 4, 5 Bakti Kominfo tahun 2020-2022 yang diduga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun.
Aktivis Politik: Era Jokowi Koruptor Digelari Pancasilais, Umat Islam Dituding Radikalis
Di era Rezim Joko Widodo (Jokowi) koruptor digelari Pancasilais dan paling membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Umat Islam dituding radikalis bahkan teroris.
“Kalau membaca narasi di media sosial khususnya Twitter di era Jokowi para koruptor mengklaim paling Pancasilais misalnya Setya Novanto, Imam Nahrawi, Juliari Batubara. Sedangkan umat Islam dituding radikalis,” kata aktivis politik Rahman Simatupang.
Menurut Rahman, para koruptor sengaja menggunakan narasi Pancasilais agar tidak disebut musuh negara.
“Sejatinya koruptor itu musuh negara yang menyengsarakan rakyat,” paparnya.
“Padahal kata radikal sebenarnya netral yang berasal kata radix artinya mengakar namun disalahartikan untuk menuding umat Islam yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadahnya,” jelas Rahman.
Rahman mengatakan, saat ini publik sudah mengetahui, klaim paling Pancasilais dan NKRI justru melakukan korupsi.
“Lihat saja para buzzer yang mengklaim paling Pancasila dan NKRI tetapi kelakuannya melakukan adu domba dan menyebarkan fitnah,” paparnya.