Catatan Naniek S Deyang:
Inilah capaian hebat pemerintah saat ini. Kita harus bilang hebat, karena kalau tidak kita akan kena bully buzzer.
Utang yang begitu banyak itu menurut buzzer, seimbang dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Dan pasti mereka akan bilang pembangunan jalan tol, dan infrastruktur lain.
Gak apa-apa buzzer bilang begitu, tetapi logikanya kalau utang untuk membangun outputnya kan perekonomian Indonesia akan tumbuh, namun kenyataannya pertumbuhan kita hanya di seputar angka 5.
Kalau pertumbuhan seputar angka 5 itu menurut para ahli ekonomi dan para bankir, sama dengan tidak tumbuh, karena pertumbuhan 5 persen itu lantaran rakyat masih bisa makan.
Jadi boleh dibilang pertumbuhan 5 persen itu sama dengan pemerintah "nggak ngapa-ngapain".
Kok bisa? Ya ada gak ada pemerintahan kalau rakyat masih butuh makan ya pertumbuhan ekonomi Indonesia segitu. Lah kalau gitu apa gunanya utang yang begitu raksasa ya?
Menurut Bu Sri Mulyani sih jangan kuatir, karena Indonesia pasti bisa bayar utang. He..he... Bu Sri mah 10 bulan lagi akan lengser, jadi bisa ngomong seperti itu, tarus nanti kalau Bu Sri lengser apa pertangungjawabnnya kalau sampai utang kita tidak terbayar?
Rakyat sekarang saja sudah dicabuti semua subsidinya, apa disuruh urunan buat bayar utang?
Balik penggunaan utang yang katanya untuk pembangunan infrastruktur, harus diakui pembangunan di era Pak Jokowi memang masif, namun masalahnya tepat sasaran nggak?
Jalan tol misalnya, buat orang perkotaan tentu menyenangkan, karena bisa pergi antar kota dan antar provinsi dengan cepat, tapi buat petani, perkebunan, nelayan dll ada manfaatnya tidak?
Bagaimana jalan tol akan berfungsi mendorong pertumbuhan, kalau jalan-jalan di desa, Kabupaten dan jalan propinsi untuk menuju tol rusak? (kemarin yg kesorot baru Lampung, padahal wilayah lain sama saja).
Saya berikan contoh yang mudah ya, sayur-mayur petani itu usianya tidak lama kan? Itungan harian. Nah saat ini yg terjadi, sayur dipetik hari itu, tidak bisa diangkut malamnya, karena jalanan gelap (tdk ada penerangan), dan jalannya rusak, sehingga truk gak berani jalan malam alias esoknya baru berangkat (sayur menginap satu malam).
Saat esoknya diangkut jalannya rusak utk mencapai jalan raya butuh waktu dan sampai di kota-kota besar bisa 24 jam (sayur sudah menginap dua malam). Apa yg terjadi? Saat sampai ke pasar Induk Jakarta atau kota2 besar lainnya sayur sdh tdk segar, sehingga harganya jatuh.
Lalu bagaimana? Ya sudah sayur mayur di bawa petani ke pasar2 terdekat, dan ujungnya terjadi over suplay karena pasar-pasar yg dekat tempat sawah petani tdk bisa menyerap banyak. Padahal sejak pemerintahan Pak Jokowi ini mencari pupuk subsdidi sudah hampir tidak ada.
Bayangkan, biaya produksi mahal, pas sudah panen hasil panennya tidak terserap, karena tdk bisa cepat diangkut ke perkotaan, lantaran jalannya rusak dan penerangan gelap di jalan2 pedesaan, Kabupaten dan Provinsi.
Nah jalan rusak memang bukan salah 100 persen pemerintahan pusat, tetapi salahnya pemangku kekuasaan yaitu Bupati, dan Gubernur, dan balik lagi itu salahnya rakyat yg suka salah memilih pemimpin.
Sebagai contoh Gubernur Lampung itu sebelum jadi Gubenur sudah jadi Sekda Propinsi lho, tapi gak tau di daerahnya ada jalan yg rusak parah!
Itulah kenyataan para pemimpin di Indonesia, suka pencitraan namun tidak tau persoalan yg sebenarnya.
Pokoknya yg penting rakyat terlena dengan janji-janji, pada saat Pemilu kardus digembok, pada saat hitungan terjadi bim sala bim, dan munculah para pemimpin juara pencitraan yg pintar acting di depan kamera, hobi ngomong di media, hobi janji-janji, tapi nol mensejahterakan rakyat.
Kembali ke masalah utang LN, kenapa makin menumpuk? Dan kalau digunakan membangun infrastruktur kenapa pertumbuhan ekonomi kita hanya seputar 5 persen?? Kok gak pernah seperti di jaman-jaman sebelumnya bisa 6 persen atau malah 7 persen, padahal utang LN gak sebesar itu lho...
(FB)