Beredar spanduk penolakan kedatangan bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan ke Yogyakarta di WhatsApp. Dalam spanduk tersebut tertulis 'Tolak Anies Neng Jogja'.
Setelah ditelusuri, spanduk tersebut berada di simpang tiga Jalan Kolonel Sugiono.
Namun ketika didatangi pada hari ini, Jumat (19/5), spanduk tersebut sudah tidak ada. Tak diketahui siapa yang memasang spanduk itu.
Politisi PKS yang juga Wakil DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan, spanduk itu merupakan kampanye hitam yang tak mendidik.
"Saya kira baliho tolak Anies itu sebagai salah satu bentuk kampanye hitam yang kurang mendidik," kata Huda kepada wartawan.
Huda mengatakan, dari polanya, spanduk ini bukan murni berasal dari warga Yogyakarta.
Sebab warga Yogya terkenal santun dan tidak menggunakan cara seperti itu.
"Saya berharap kampanye pilpres maupun perhelatan politik 2024 dilakukan dengan cara yang baik dan tidak menggunakan model kampanye hitam," jelasnya.
Huda mengimbau jangan sampai kontestasi politik ini saling melukai. Sehingga menimbulkan kesulitan komunikasi untuk kerja sama di masa mendatang.
"Meskipun para kandidat bersaing, salah satunya akan menang dan setelah itu semua akan bekerja sama bahu membahu membangun NKRI. Semua sama-sama anak bangsa yang punya tujuan baik," jelasnya.
Terkait sempat adanya spanduk itu, Huda meminta para simpatisan tidak terpancing dan tetap tenang.
"Terkait pengusutan kami akan koordinasikan dengan rekan rekan partai lain dalam koalisi," pungkasnya.
Anies berkunjung ke Yogyakarta pada Kamis (18/5). Dia menghadiri acara Milad ke-21 PKS di Grha Wanabhakti Yasa, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Di sana, Anies berbicara banyak hal termasuk hasil survei capres yang selalu menempatkan dirinya di nomor 3.
"Bahkan ada yang tanya kemarin di sebuah wawancara 'Pak Anies ini banyak jegal-jegal bagaimana komentarnya', saya komentari gini 'mungkin yang jegal-jegal itu sedang mengatakan survei aslinya tidak seperti itu'. Lho iya karena kalau disurvei nomor 3 buat apa dijegal. Kan nomer 3," kata Anies.
Jika survei menempatkan dirinya di nomor 3 tetapi tetap dijegal, Anies mengatakan mungkin lembaga tersebut punya survei sesungguhnya yang tidak diberitahukan ke publik.
"Ini logika sederhana saja," ujarnya.