Dinamika politik di Tanah Air kembali memanas dengan kembali mencuatnya upaya perebutan oleh Moeldoko terhadap Partai Demokrat.
Moeldoko yang tercatat sebagai Kepala Kantor Staf Presiden itu belakangan berupaya mengambil alih Demokrat dengan mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas putusan MA dengan 4 novum atau bukti baru.
Tak lama, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun langsung menyebut upaya kudeta Moeldoko terhadap partai berlogo Bintang Mercy secara terus-menerus ini dilakukan adalah sama dengan tindakan pembegalan.
Terkait hal ini Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, menyinggung agenda besar di balik Moeldoko berupaya merebut Demokrat dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan AHY.
Dia menyinggung, upaya yang dilakukan Moeldoko adalah bagian dari skenario besar untuk menjegal salah satu nama kandidat calon presiden yaitu Anies Baswedan.
Sebab tanpa Partai Demokrat, koalisi yang mengusung salah satu nama kandidat capres itu tidak akan bisa maju.
"Saya sudah tahu sebenarnya dari 2019 yang lalu. Jadi ketika itu saya menjadi narasumber dengan salah satu anak buahnya Moeldoko. Lalu saya dapat informasi bisik-bisik kalau beliau mau jadi calon presiden ketika itu," kata Ujang dalam diskusi dengan Crosscheck, disitat saluran Youtube, Minggu 9 April 2023.
Mendengar informasi tersebut, Ujang sudah sangat menduga kalau Moeldoko diduga akan mengkudeta salah satu partai politik. Dan pilihan jatuh pada Partai Demokrat.
"Itu satu langkah, Yang menjadi pertanyaan adalah langkah keduanya," kata dia.
Siasat Moeldoko Ambil Demokrat
Ujang menilai, Moeldoko sebenarnya sangat sadar jika saat ini elektabilitasnya kecil. Sehingga dia mungkin tak gegabah menjadi capres.
Kini tindak-tanduk Moeldoko dinilai bukan lagi bermimpi menjadi capres, melainkan bagaimana ada upaya mengganggu dan memecah belah serta menguasai Demokrat.
"Ya memang ini sengaja mengganggu partai koalisi yang bukan yang satu pemikiran dengan kelompok Istana. Bukan hanya Demokrat yang akan dipecah belah, nanti akan berlanjut ke NasDem, PKS juga akan diganggu."
"Jadi yang ada di Koalisi Perubahan itu harus kencangkan ikat pinggang, Kalau nggak, ya pasti akan dibombardir," kata Ujang.
Di mana, proses pengajuan PK dinilai merupakan salah satu cara aksi bombardir, dengan mengacak-acak, memecah belah, pada Koalisi Perubahan dengan cara menang di PK.
Menurut Ujang, jika melihat rekam jejak AHY yang selalu menang secara hukum dalam perkara Demokrat atas Moeldoko, seharusnya gambaran itu akan terlihat di proses PK nanti.
Akan tetapi yang dikhawatirkan nantinya adalah hasil dari PK itu sendiri. Jangan-jangan, kata dia, justru kubu Moeldoko yang unggul.
"Walau sudah menang 16 kali, tapi kalau di ujung PK-nya kalah, kan menjadi persoalan, menjadi kegagalan bagi Partai Demokrat. Jadi ada berbagai macam cara akan dilakukan untuk menggagalkan Anies jadi capres," kata dia.