Langkah Sandiaga Salahuddin Uno loncat alias pindah partai ke PPP dinilai bagian dari strategi Partai Gerindra. Pendapat itu disampaikan Penasihat Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), Bambang Beathor Suryadi.
Beathor berspekulasi demikian karena mengamati perkembangan dinamika politik pencapresan 2024 dari poros Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Ia menguraikan, belakangan KKIR yang diisi Gerindra dan PKB belum juga memberitahukan kepada publik, mengenai sosok calon wakil presiden (cawapres), agar bisa mendongkrak calon presiden (capres) yang kemungkinan besar diserahkan kepada Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.
“Hampir satu tahun, Cak imin (Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar) menunggu agar diumumkan sebagai paslon (pasangan calon) cawapresnya Bowo (Prabowo Subianto),” ujar Beathor kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (12/4).
Menurut Beathor, ada rumus yang harus dijalankan poros koalisi jika ingin memenangkan pilpres. Yaitu, tidak hanya memenuhi sysrat keterpenuhan pengusungan paslon, yaitu presidential threshold (PT). Tetapi, juga dilihat dari komposisi capres dan cawapresnya.
“Paslon itu selain cukup angka PT 20 persen, cocok visi misi, juga kemampuan Logistik. Gerindra tidak mendapatkan itu jika bersama PKB (dan) Cak Imin,” tuturnya.
Maka dari itu, Beathor menduga perpindahan Sandiaga Uno ke PPP bisa dimaknai sebagai upaya Gerindra memenuhi kemampuan poros koalisi Gerindra, untuk memenangkan Pilpres 2024.
“Gerindra justru bersiasat agar 2 kadernya menang dan berkuasa di Istana. Maka Sandi Uno di pindahkan ke PPP,” ucapnya.
“Koalisi Gerindra PPP membentuk Paslon Bowo-Sandi seperti Pilpres 2019 diwujudkan kembali,” demikian Beathor menutup.