Pegiat media sosial Helmi Felis menyoroti Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan HAM (Menko Polhukam) Mahfud MD yang pernah berpakaian baju tradisional Tionghoa cheongsam dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek bagi masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia pada tahun 2018.
Hal itu ditanggapi Helmi Felis dalam akun Twitter pribadi miliknya. Dalam cuitannya, Helmi Felis mengherankan hal tersebut. Pasalnya, Mahfud MD menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu meniru tradisi berpakaian bangsa lain selama pakaian dan budaya yang dipraktikkan bangsa Indonesia sesuai dengan inti ajaran Islam.
"Lah gimana ini Kang Mahfud," ujar Helmi Felis dikutip WE NewsWorthy dari akun Twitter pribadi miliknya, Kamis (13/4).
Sementara itu, dari pemberitaan yang ditanggapi Helmi Felis, Mahfud MD menyatakan bahwa budaya Islam Indonesia yang berkembang saat ini sudah sesuai dengan ajaran Islam.
Hal tersebut diungkapkan Mahfud MD saat jadi penceramah dalam peringatan Nuzulul Qur'an yang dilaksanakan oleh DPP PDI Perjuangan di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (11/4).
"Islam wasathiyah yang harus menjadi ciri khas bangsa Indonesia mengajarkan penganutnya bersikap moderat dalam segala bidang, termasuk dalam berpakaian. Wasatiyyah berarti di tengah, moderat," jelas Mahfud MD.
Lebih lanjut, Mahfud MD menyatakan umat Islam di Indonesia harus pandai menangkap api Islam seperti yang dijelaskan oleh Bung Karno.
Mantan Ketua MK ini menilai api Islam adalah inti ajaran agama yang dibawa Rasulullah Muhammad itu sendiri, misalnya ajaran tentang keadilan, kedermawanan, gotong royong, atau keadilan sosial.
"Jadi, bukan tradisi orang Arab itu yang kita ambil dan praktikkan, misalnya menggunakan gamis atau cadar, tapi bagaimana inti ajaran Islam kita laksanakan dengan baik. Banyak tokoh-tokoh perempuan Islam Indonesia di masa lalu juga hanya menggunakan kerudung, bukan jilbab seperti yang populer digunakan saat ini. Tentu saja saya tidak mengatakan mengambil tradisi Arab dilarang, tapi sekali lagi, mari kita cerdas mengambil inti ajaran Islam," tegas Mahfud MD.
Dia mencontohkan ada seorang perempuan bercadar mengajak Mahfud untuk berfoto bersama. Usai berfoto bersama, Mahfud MD bertanya jika dia menggunakan cadar saat berfoto, siapa yang tahu bahwa di balik cadar itu adalah dirinya.
"Dia tidak bisa menjawab. Masa dia bercadar tapi berfoto dengan saya. Lha, orang lain akan bertanya siapa yang di balik cadar itu?," ujarnya.
"Pancasila juga mengakui kebebasan setiap manusia, tapi kebebasan mereka dibatasi oleh orang lain. Makanya Pancasila menyebutnya keadilan sosial. Inilah wasathiyah," tandas Mahfud MD.