Situasi negara Indonesia saat ini tak ubahnya seperti zaman nabi Luth. Sejumlah fenomena yang antara lain berkenaan dengan kejahatan dan kebenaran menjadi bias karena sulit dibedakan.
Begitu disampaikan Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Adhie M Masardi saat menjadi narasumber diskusi bertajuk “Dendam Politik PKI” yang digelar secara daring pada Kamis (13/4).
“Memang belakangan ini situasi di negeri ini saya menggambarkannya seperti di zaman nabi Luth nih, di mana kebenaran dan kejahatan itu saling bersatu,” kata Adhie.
Menurut Jurubicara Presiden keempat RI Abdurrachman Wahid atau Gus Dur itu, pada akhirnya Tuhan bisa saja murka kepada negeri di zaman nabi Luth.
“Tuhan tidak bisa memisahkan antara kebaikan dan keburukan akhirnya negara itu dihancurkan,” ucap Adhie.
Atas situasi itu, Adhie membuat sebuah puisi berjudul Markobar. Ia pun membacakan buah karyanya tersebut.
Berikut puisinya:
Markobar
Mari korupsi bareng
Prasasti zaman presisi
markobar mari korupsi bareng
Markobar mari kolusi bareng
Markobar berpuasa sampai modar
Tidak setuju berarti makar
Itulah prasasti zaman presisi
ditulis di atas batu granit yang dijatuhkan langit,
azab bagi yang mendustakan Luth
Orang-orang gumorah di lembah Angkara menjadikan kebohongan sebagai bahasa persatuan
Mencuri dilakukan setiap hari
mereka anggap malaikat padahal iblis
Membuat kejahatan kian fantastis sungguh mereka potret kaum yang fasik
dikutuk dalam lembaran kitab suci membawa samsara di banyak negara
Markobar
Mari korupsi bareng
Mari kolusi bareng
Itulah prasasti zaman presisi di batu granit ditaruh di pucuk Monas menghadap langit menjadi pedoman penghuni istana yang seluruh tiangnya kini keropos
tapi malaikat yang pernah bertamu ke rumah Luth untuk menyampaikan isyarat kehancuran kekuasaan tak pernah mau singgah ke sini
Mungkin mereka takut berubah menjadi iblis
Padahal perbuatan mereka juga sudah sangat keji
Persekongkolan jahat para pejabat kian dahsyat
Belum pernah dilakukan pejabat sebelum mereka
Tapi diantara kokok ayam di atas subuh yang lusuh itu
terdengar pesan yang sangar "aku tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kalau itu sendiri mengubah nasib mereka sendiri".