Seorang pelajar berinisial MSA (18) tewas ditabrak pengemudi mobil Mercedes-Benz (Mercy) di Jalan Margasatwa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023) dini hari sekitar pukul 02.20 WIB.
Saat kejadian MSA dibonceng oleh temannya SB (19). Korban SB kini dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Pengemudi Mercy yang menabrak korban diduga sebagai anak dari salah satu petinggi Polri.
Pihak keluarga korban telah melaporkan peristiwa kecelakaan itu ke Polres Metro Jakarta Selatan.
Laporan itu teregistrasi dengan nomor LP/127/III/2023/SPKT/Polres Metro Jaksel/Polda Metro Jaya.
Berikut fakta-fakta sejauh ini terkait peristiwa kecelakaan yang menewaskan MSA (18) yang terjadi pada Minggu dini hari dikutip dari Tribun Jakarta:
1. Terobos lampu merah
Polisi untuk sementara menyimpulkan tabrakan antara mobil Mercedez-Benz dengan motor ini lantaran pengemudi motor menerobos lampu merah.
Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Bayu Marfiando mengatakan, kecelakaan itu terjadi lantaran motor yang dikendarai SB menerobos lampu lalu lintas.
"Sejauh ini kesimpulannya bahwa motor ini menerobos lampu merah, jadi menyebabkan kecelakaan," kata Kompol Bayu Marfiando kepada wartawan di Jakarta.
Bayu menjelaskan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap tujuh saksi terkait kasus kecelakaan tersebut.
2. Penabrak sempat kabur
N, kakak korban MSA menjelaskan, saat kejadian MSA dan temannya, SBA tengah berboncengan sepeda motor Honda Vario berpelat nomor B 4454 SRT. SBA disebut yang mengemudikan motor, sedangkan MSA dibonceng.
Korban berboncengan dengan temannya menggunakan sepeda motor dari arah Cilandak menuju kediamannya di Pasar Minggu.
Secara tiba-tiba, sebuah mobil Mercy dari arah Mampang menabrak sepeda motor yang tengah dikendarai korban.
"Pengemudi Mercy berusaha kabur, namun dikejar oleh ojol dan warga. Akhirnya dapet."
"Adikku meninggal di tempat. Kalau yang satu sepertinya dalam keadaan kritis," jelas N.
Ketika itu, kedua korban beserta pelaku ikut dibawa ke RSUD Jakarta Selatan. Namun, saat tiba di sana, pengemudi Mercy itu menghilang.
"Sampai di RSUD itu sudah didatangi omnya kah, siapa lah, kami kan tidak memikirkan mereka."
"Kami pikirkan adikku dulu, kita nangis histeris, kami enggak tahu dia kemana," beber N.
Setelah itu, N mengaku mendapat surat dari kepolisian terkait data pelaku.
N mengungkapkan, terduga pelaku yang mengemudikan mobil Mercy disebutkan tinggal di Komplek Polri.
3. Pengemudi mobil ugal-ugalan & mabuk
Pengemudi Mercedes-Benz (Mercy) berinisial MMI yang menabrak pelajar berinisial MSA hingga tewas diduga ugal-ugalan saat berkendara.
Dugaan itu disampaikan kakak korban, N, yang mendapatkan informasi dari seorang saksi. Menurutnya, saksi tersebut belum diperiksa polisi.
"Dengan saksi mata yang polisi belum punya, saksi mata membuktikan dari Kemang itu mobil itu sudah ugal-ugalan sangat kencang dari arah Kemang. Itu saksi yang belum polisi dapatkan," kata N, Minggu (2/4/2023).
Selain itu, sambung N, pelaku diduga dalam kondisi mabuk saat mengemudikan mobil Mercy berpelat nomor D 1127 DQ.
"Dari pihak ojol pun yang sempat aku posting di Instagram itu, si pemobil kayaknya mabuk, karena terlihat juga dari mukanya, matanya," ujar N.
Dari sejumlah informasi yang diperoleh tersebut, N mengaku heran mengapa pelaku tak langsung dites urine pasca kecelakaan.
"Kenapa anak itu tidak dites urine pasca kejadian itu, tidak ditahan, apakah sudah punya SIM, terus (berkendara) dengan kecepatan berapa," ucap dia.
4. Tak diperlihatkan rekaman CCTV
Kakak korban MSA, N mengungkapkan pihaknya tidak diperlihatkan rekaman CCTV saat kejadian kecelakaan yang menyebabkan adiknya tewas.
Polisi hanya memperlihatkan rekaman CCTV yang menunjukkan lalu lalang mobil.
Padahal, berdasarkan pengamatannya, terdapat banyak CCTV di tempat kejadian perkara (TKP).
"Kita nggak dikasih semua CCTV dari semua arah. Sedangkan aku lihat itu jalan raya besar dan setiap titik itu ada CCTV. Kita nggak dikasih CCTV dari arah situ, sama sekali nggak dikasih," kata N Minggu (2/4/2023).
N mengungkapkan, satu-satunya CCTV yang ditunjukkan hanya menampilkan kendaraan lalu lalang dan tidak memperlihatkan saat terjadi kecelakaan.
"Hanya aku yang diperlihatkan. Tapi tidak menunjukkan pas tabrakan itu. Hanya banyak mobil lalu lalang saja, nggak ada pada saat kejadian. Sedangkan di situ banyak sekali CCTV, itu kan jalanan lumayan besar," ujar dia.
5. Lapor Propam hingga Komnas HAM
Oleh karena itu, keluarga korban akan mengadu ke Propam Polri untuk bertanya terkait rekaman CCTV di TKP.
"Kita mau ke Propam untuk mencari tahu itu, kenapa CCTV dari arah kanan kiri, sana sini, itu nggak dikasih lihat ke kita," ucap N.
Selain Propam, keluarga korban juga berencana mengadu ke Kompolnas dan Komnas HAM.
"Kalau dari keluarga itu, Senin itu kemungkinan kita maju ke Propam. Mungkin selanjutnya akan ke Kompolnas dan Komnas HAM," kata N.
N berharap dengan mengadu ke Propam, Kompolnas, hingga Komnas HAM kasus kecelakaan yang menewaskan adiknya cepat ditangani.
Saat ini, kasus kecelakaan tersebut ditangani oleh Satlantas Polres Metro Jakarta Selatan.
"Dipercepat (penanganan kasus), dan yang kemarin salah bikin laporan itu, itu mau kita laporkan semua," ujar dia.
Berdasarkan informasi yang diterima N dari kepolisian, penyidik masih mencari saksi-saksi guna membuat terang kasus ini.
"Kalau untuk perkembangan, sejauh ini memang masih dalam proses penyelidikan kalau dari polisi. Polisi juga lagi mencari saksi-saksi, penguatan saksi, kemudian saksi untuk pengukuran TKP dan lain-lain," ungkap N.
6. Minta perlindungan LPSK
Di sisi lain, keluarga korban akan meminta perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Peristiwa kecelakaan maut yang merenggut nyawa MSA terjadi di Jalan Margasatwa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (12/3/2023) dini hari sekitar pukul 02.20 WIB.
"Iya pastinya (minta perlindungan LPSK)," kata N.
Rencananya, N dan keluarga serta didampingi kuasa hukum akan mendatangi LPSK pada Senin (3/4/2023), setelah mengadu ke Propam, Kompolnas, dan Komnas HAM pada hari yang sama.
"Insya Allah sih di hari yang sama, karena itu kan lumayan makan waktu ya. Takutnya agak malam. Tapi dipastikan ke semua lembaga itu," ujar dia.
Alasan pihak keluarga korban meminta perlindungan LPSK tak terlepas dari latar belakang pelaku berinisial MMI yang diduga anak petinggi Polri.
"Takutnya kita kan butuh perlindungan juga, maksudnya ini kan anak dari siapa siapa, gitu kan," ucap N.
Kronologis Kejadian
N menjelaskan, saat kejadian MSA dan temannya, SBA tengah berboncengan sepeda motor Honda Vario berpelat nomor B 4454 SRT.
SBA disebut yang mengemudikan motor, sedangkan MSA dibonceng.
Korban berboncengan dengan temannya menggunakan sepeda motor dari arah Cilandak menuju kediamannya di Pasar Minggu.
Secara tiba-tiba, sebuah mobil Mercy dari arah Mampang menabrak sepeda motor yang tengah dikendarai korban.
"Pengemudi Mercy berusaha kabur, namun dikejar oleh ojol dan warga. Akhirnya dapet."
"Adikku meninggal di tempat. Kalau yang satu sepertinya dalam keadaan kritis,” jelas N, Jumat.
Ketika itu, kedua korban beserta pelaku ikut dibawa ke RSUD Jakarta Selatan. Namun, saat tiba di sana, pengemudi Mercy itu menghilang.
"Sampai di RSUD itu sudah didatangi omnya kah, siapa lah, kami kan tidak memikirkan mereka."
"Kami pikirkan adikku dulu, kita nangis histeris, kami enggak tahu dia kemana," beber N.
Setelah itu, N mengaku mendapat surat dari kepolisian terkait data pelaku.
N mengungkapkan, terduga pelaku yang mengemudikan mobil Mercy disebutkan tinggal di Komplek Polri.