Putra Bung Karno, Guntur Sukarno Putra, menulis tentang kisah-kisah ringan dan humanis dari Bung Karno yang dituangkan di buku "Bung Karno: Bapakku, Kawanku, Guruku".
Bung Karno pernah menuturkan peranan RI sambil menyebut berita ini "top secret" kelas A.
Katanya, RI bukan cuma memberi dukungan diplomatik terhadap Aljazair, malah pernah membantu dengan menyelundupkan senapan.
Guntur: Kalau waktu itu misalnya ketahuan gimana Pak? Dunia kan geger!
Bung Karno: Ya biar saja geger, aku ndak rewes (ndak rewes = ndak peduli) Aku tidak feeerduliii!
Bung Karno: Buat Bapak kalau urusan membantu kemerdekaan satu bangsa, hanya satu yang bisa melarang,Tuhan! Lain tidak! Tahu kau!.
(Bapak melotot kepadaku sambil memukul-mukul meja dengan tinjunya)
Bung Karno: Ayo mau apa! PBB mau kutak-kutik? Mau tahu akan aku apakan PBB? Tahu ndaaakk? PBB Bapak akan beginikan..
Guntur: Tiba-tiba dari bawah meja terdengar suara duuuut... duuut... breeettt!. Hiih! Bapak kentut ya!
Bung Karno: Ya! aku akan kentuti PBB kalau mereka berani turut campur urusan orang merebut kemerdekaan!
Menangis seperti Anak Kecil di Makam Nabi
Cerita berikutnya tentang Bung Karno menangis. Bung Karno yang gagah dan lantang membangkitkan semangat rakyat (pemuda) untuk mengusir Belanda dengan semboyan: "Sekali Merdeka Tetap Merdeka", ternyata juga pernah menangis.
Tanggal 18 Juli 1955, Bung Besar naik haji ke Tanah Suci Mekkah.
Ia bersama beberapa rombongan sempat mengheningkan cipta, dan berdoa di samping makam Nabi Muhammad di Madinah. Saat itu BK menangis seperti anak kecil.