Heboh pertemuan delapan Partai Politik (Parpol) di Hotel Dharmawangsa, Jakarta terkait usulan PDIP agar pemilu dilakukan dengan sistem proporsional tertutup, mendapat reaksi tajam dari aktivis Tionghoa yang juga koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak), Lieus Sungkharisma.
Menurut Lieus, sebagai wujud silaturrahmi antar partai, ia memberi apresiasi atas pertemuan delapan Parpol itu. Namun secara substantif ia menyesalkan pertemuan itu tidak digunakan untuk membahas topik yang sesungguhnya lebih penting bagi pembangunan demokrasi di Indonesia, yakni Presidential Threshold nol persen.
“Saya pikir pertemuan delapan Parpol itu hanya untuk kepentingan menyelamatkan kader-kader partai yang akan menjadi calon anggota parlemen. Urgensinya untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita atau bahkan pembenahan sistem pemilu secara umum tidak ada,” ujar Lieus.
Seperti diketahui, sistem pemilu proporsional tertutup itu sendiri diusulkan oleh PDIP dengan alasan bisa menekan ongkos pemilu yang mahal. Alasannya, dengan sistem pemilu terbuka, hanya orang-orang berduit yang bisa mencalonkan diri jadi anggota parlemen.
Ke delapan Parpol yang mengadakan pertemuan di Hotel Dharmawangsa itu adalah Partai Golkar, Gerindra, Demokrat, PKB, PAN, NasDem, PPP, dan PKS. Dalam pertemuan itu, ke delapan partai meminta agar Mahkamah Konstitusi (MK) tetap mempertahankan aturan sistem proporsional terbuka atau mencoblos calon anggota legislatif (caleg) di Pemilu 2024.
Lieus menyebut, sejatinya jika peningkatan kualitas demokrasi yang menjadi perhatian Parpol-Parpol tersebut, maka seharusnya bukan sistem pemilu proporsional terbuka atau tertutup yang dibahas. Tapi ketentuan Presidential Theresold (PT) yang 20 persen itu. “PT itu bukan hanya melanggar UUD 1945, tapi menyandera demokrasi dan membunuh hak demokrasi rakyat untuk mencalonkan dan dicalonkan menjadi Presiden,” tegas Lieus.
Ditegaskan Lieus, kalau saja Parpol-Parpol sepakat menggugat Presidential Threshol yang 20 persen hingga menjadi nol persen, maka Prabowo Subianto tak perlu repot-repot membangun koalisi untuk bisa mencalonkan diri menjadi presiden.
“Pak Prabowo bisa maju cukup diusung oleh Gerinda. Demikian juga Muhaimin Iskandar, cukup hanya dengan PKB. Begitu juga Anies Baswedan, cukup didukung NasDem. Dan Ganjar Pranowo tak perlu susah-susah membujuk hati Ketua Umum PDIP untuk jadi calon presiden karena PSI sudah jelas-jelas mendukungnya,” ujar Lieus.
Dengan PT nol persen, kata Lieus, semua anak bangsa yang terbaik berpeluang menjadi presiden. Tapi Lieus sendiri mengaku tidak tahu kenapa tokoh-tokoh Parpol itu sampai hari ini enggan membahas masalah PT 20 persen tersebut.
“Saya sama sekali tidak tahu kepentingan apa sesungguhnya yang sedang dilindungi partai-partai politik itu dengan mempertahankan PT 20 persen itu. Padahal, dengan PT Nol Persen, partai-partai itu sebenarnya diuntungkan karena mereka, tanpa harus berjuang keras, bisa mencalonkan kader-kader terbaiknya untuk menjadi presiden di negeri ini,” jelas Lieus. (*)