Gak Nyangka! Cara Ini Lebih Berpeluang Menangkan Capres di Pilpres 2024, Refly Harun Blak-blakan Soal Kekuatan Istana

 Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun blak-blakan mengungkapkan soal jalur pintar untuk memenangkan calon presiden atau capres menjadi presiden 2024, salah satunya yakni ada kaitannya dengan kekuatan istana. 

Hal tersebut ditanggapi Refly Harun melalui video di akun YouTube pribadi miliknya. Dalam videonya, Refly Harun menyinggung terkait jika menggunakan Presidential Threshold 20 persen atau ambang batas, maka peluang setiap orang untuk menjadi presiden hanya sebesar 50 persen. 

"Kalau kita bicara cara dan metode adalah intinya adalah kalau dicalonkan sebagai calon presiden dengan sistem Presidential Threshold ini ya peluang menangnya 50 persen," ungkapRefly Harun dikutip NewsWorthy dari video di akun YouTube pribadi miliknya, Kamis (22/12).

Menurut Refly Harun, ada cara yang lebih berpeluang dengan menggunakan jalur pintar.

"Jadi siapapun yang dimajukan, tetap peluangnya 50 persen, karena cuma dua calon, atau dibuat cuma dua calon jadi pinter juga ya kalau kita bicara tentang path untuk menjadikan presiden seorang presiden itu," bebernya.

Cara paling utama yaitu dari kacamata Refly Harun, menggunakan survei untuk menghidupkan elektabilitas capres yang telah dipilih agar partai berpower mau mengusungnya, seperti PDI Perjuangan (PDIP), kemudian Pilpres harus dengan dua calon, sisanya dengan kekuatan istana.

"Yaitu satu, life up dengan survei, yakinkan partai pengusung yang memiliki power seperti PDIP, lalu kemudian ciptakan cuma dua calon saja dan dukung dengan kekuatan istana, selesai lah," paparnya.

Refly Harun pun berharap agar Pilpres 2024 tidak hanya berisi dua calon saja, agar lebih adil harus banyak tokoh yang ikut serta, seperti ekonom Rizal Ramli. 

"Karena itu yang kita harapkan Pilpres itu jangan dua calon dong kalau mau fair, berikan kesempatan sebanyak-banyaknya pada putra terbaik, termasuk kepada Rizal Ramli misalnya," tandas Refly Harun.

Sumber Berita / Artikel Asli : NW Wartaekonomi