Sejumlah kalangan mengkritisi pernyataan Ade Armando yang seolah-olah menyematkan politik identitas dengan membelah kelompok pemilih berdasarkan agama untuk pendukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan, semua pihak harus belajar dari gelaran Pemilu 2019 yang menyisakan luka pembelahan sosial akibat politik identitas.
"Itulah, mestinya jangan ada lagi orang, siapapun mereka, atau siapapun dia, yang mengompor-ngompori situasi atau keadaan, dengan memainkan isu identitas untuk menyerang orang lain," ujar Ujang, Kamis (3/11).
Menurutnya, dengan pernyataan Ade Armando tersebut akan menimbulkan persepsi dan narasi negatif di tengah masyarakat tentang dua sosok tersebut.
Seharusnya, kata Ujang, Pilpres 2024 mampu membangun ide dan gagasan untuk membangun negeri, bukan saling menjatuhkan dengan melontarkan narasi negatif terkait ras, suku dan agama.
"Ini kan membangun sebuah narasi atau hal yang tidak sehat, ya kalau kita ingin membangun politik yang sehat, yang baik dan bagus agar demokrasi baik dan bermartabat. Maka ya sejatinya politik yang diusung adalah politik ide dan gagasan," katanya.
Ke depan, kata Ujang, yang harus dikembangkan mestinya adu ide dan gagasan agar narasi yang dikembangkan oleh para elit dan semua figur nasional merupakan pengembangan gagasan yang cerdas untuk Indonesia.
"Narasi dan gagasan yang cerdas, yang konstruktif, yang objektif, yanh visioner, yang membuat gerak laju perubahaan bagi bangsa ini. Bukan mengompori dengan menuduh orang lain menuduh Anies sebagai bagian dari memainkan isu polutik identitas," katanya.
Pihaknya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membuka mata dan saling mengoreksi jika ada pihak-pihak yang mau merusak pesta demokrasi dengan memunculkan politik identitas.
"Ini tentu tidak sehat dan tidak baik. Mari kita koreksi sama-sama agar Pilpres 2024 nanti berjalan dengan baik dan benar dan mengedepankan politik ide dan gagasan," pungkasnya.