Beberapa waktu lalu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengutarakan kekesalannya perihal omongan menteri keuangan soal ekonomi dunia yang kerap kali menakut-nakuti masyarakat.
Tak pelak, dia menegur Bendahara Negara Sri Mulyani Indrawati. Jusuf Kalla yang akrab dipanggil JK menceritakan perihal percakapannya dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tentang kondisi perekonomian saat ini. Dalam percakapannya dengan Sri Mulyani, dia memberikan peringatan kepada Menkeu agar tidak menakut-nakuti publik.
"Saya bilang ke Sri Mulyani, jangan selalu kasih takut-takut orang besok akan, tahun depan akan kiamat. Saya telepon, jangan begitu, jangan kasih takut semua orang," kata JK.
Menurut JK, Indonesia memiliki ketahanan di bidang energi dan pangan sehingga masih mampu terhindar dari krisis.
Tanah Air memiliki sumber daya yang tak dimiliki oleh negara lain yang saat ini tengah diterpa krisis. JK menilai cara pandang yang optimistis harus terus dikedepankan kendati Indonesia dihadapkan pada sejumlah masalah.
"Mau ada masalah, iya kita hadapi, tapi kita jangan takut. Negeri ini lengkap. Tidak ada krisis energi, krisis pangan, di mana krisis energi di Indonesia? Di mana krisis pangan di Indonesia? Beras cukup, beda dengan negara lain yang tidak punya energi dan tidak punya pangan, jadi mari kita optimis bekerja sesuai bidang," tegas JK di dalam sambutannya di acara HUT kE-44 Bukaka, dikutip Selasa (1/11/2022).
Seolah menjawab hal tersebut, dalam kesempatan berbeda, Sri Mulyani menuturkan bahwa dirinya tidak bermaksud menakut-nakuti masyarakat dengan berbagi kondisi dunia. Dia mengaku dirinya hanya ingin semua pihak lebih waspada.
"IMF bilang pada 2023 is gonna be dark. Itu yang disebut gelap. Kalau saya bicara begitu dianggap menakuti-nakuti padahal sebetulnya tidak. Saya hanya menyampaikan risiko itu ada dan kita harus waspada," tegasnya dalam Webinar PLN, dikutip Senin (31/10/2022).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa situasi 'gelap' ini bersumber dari pandemi Covid-19 yang meninggalkan luka memar (scarring effect) dan belum sepenuhnya berakhir. Kondisi ini semakin diperparah oleh perang Rusia dan Ukraina sebagai biang kerok krisis pangan dan energi, menimbulkan lonjakan inflasi di mana-mana.
"Pemulihan ekonomi cepat, dunia dihadapkan masalah rantai pasok. Supply tak mampu mengikuti permintaan, muncul tekanan harga-harga atau inflasi. diperparah dengan terjadinya perang saat ini," ungkap Sri Mulyani.
Situasi semakin rumit, tatkala negara maju mengubah arah kebijakan moneter. Amerika Serikat (AS) secara agresif terus menaikkan suku bunga acuan dan menimbulkan gejolak besar di pasar keuangan.
Bahkan ada setidaknya 60 negara kini berada dalam kesulitan keuangan, sehingga diperkirakan akan segera jatuh ke jurang krisis. Sri Lanka dan Argentina sudah lebih dulu dilanda krisis tersebut.
"Saat ini ada lebih dari 60 negara yang diperkirakan dalam situasi debt distress atau kondisi keuangan atau utang distress yang bisa memicu krisis utang maupun krisis keuangan atau ekonomi," ujar Sri Mulyani.
Selain itu, di kesempatan lain, Sri Mulyani pernah mengingatkan bahwa krisis pangan akan menghampiri dunia dalam kurun waktu 8-12 bulan ke depan.
Krisis ini akan diperparah dengan ketersediaan pasokan pupuk dunia. potensi krisis ini menjadi kekhawatiran bersama di antara negara G20, Bank Dunia, ADB dan FAO terkait dengan pupuk.
"Masalah pupuk hari ini akan memiliki dampak pada ketersediaan pangan atau bahkan krisis pangan dalam 8-12 bulan ke depan," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, The 1st Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting.
"Jadi kita akan menuju 2023 dengan risiko tinggi dengan masalah pangan ini," lanjutnya.
Rupanya tidak hanya Sri Mulyani yang rajin memberikan peringatan soal 'kengerian global', Presiden Joko Widodo pun demikian.
Dalam groundbreaking PT Wavin Manufacturing Indonesia di Kawasan Industri Terpadu Batang, Provinsi Jawa Tengah, Senin (3/10/2022), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan situasi dunia yang kini tidak mudah. Hampir semua negara kini berhadapan dengan berbagai krisis, dari sisi pangan, energi dan krisis keuangan.
"Semua negara sekarang ini dalam posisi yang tidak mudah, posisi sulit semuanya, krisis pangan krisis energi krisis keuangan krisis finansial hampir terjadi hampir di semua negara," jelasnya.
Situasi semakin rumit, tatkala negara maju mengubah arah kebijakan moneter. Seperti Amerika Serikat (AS) yang dengan agresif menaikkan suku bunga acuan dan menimbulkan gejolak besar di pasar keuangan. Negara dengan kondisi fiskal yang rapuh, terpaksa jatuh ke jurang krisis keuangan.
Tidak hanya itu, dalam HUT Partai Golkar di JIExpo Kemayoran, Jumat (21/10/2022), Presiden Jokowi membocorkan akan ada banyak negara yang menjadi pasien IMF untuk antre meminta bantuan.
"Kita tahu dunia betul-betul sangat sulit saat ini, tahun depan akan lebih sulit lagi dan banyak yang menyampaikan akan gelap signifikan," ungkapnya.
Jokowi mencatat, saat ini sudah ada 14 negara yang menjadi pasien IMF, Bahkan, ada sebanyak 28 negara lagi yang mengantre di depan pintu IMF. "Diperkirakan akan muncul 66 negara. Oleh sebab itu betul-betul pemimpin ke depan harus kita pilih yang memiliki jam terbang yang tinggi," kata Jokowi.
Senada dengan Jokowi dan Sri Mulyani, Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan juga ikut mmeberikan peringatan.
Luhut menyebut bahwa saat ini dunia tengah menghadapi ancaman perfect storm. Istilah ini digunakan Luhut untuk menggambarkan kondisi krisis ekonomi dan ketidakpastian geopolitik yang terjadi bersamaan.
"Kita menghadapi perfect storm. Kita berdoa supaya tidak terjadi pemimpin Rusia dan AS tadi, ada nuklir weapon. Kalau ini terjadi, maka perfect storm ini seluruh dunia akan hadapi masalah yang sama. Kita harap itu tidak terjadi," kata dia di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan (Jaksel), Sabtu (29/10/2022).
Resesi global yang kali ini disebut Luhut sebagai 'perfect storm' atau badai yang sempurna juga dipengaruhi oleh laju inflasi tinggi yang diikuti kenaikan suku bunga secara besar-besaran di banyak negara, termasuk AS.
Menurut Luhut, jika perfect storm terjadi, yang perlu dilakukan adalah membangun kekompakan. Pemerintah Indonesia pun perlu menyiapkan skenario terburuk.
"Transisi ekonomi Indonesia harus siapkan skenario terburuk. Untuk mengatasi Covid-19 ini dengan kerja terintegrasi harus kerjakan apa saja," ungkap Luhut.
Selain istilah 'perfect strom' dari Luhut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mengambarkan kondisi saat ini dengan istilah Krisis 5 C.
Krisis 5C, kata Airlangga, bisa lebih buruk dari krisis keuangan Asia 1997 yang berujung pada krisis politik dan ekonomi di Indonesia tahun 1998. Kelak, situasi ini populer dengan sebutan krisis moneter (krismon) 1998.
Krisis 5 C sendiri adalah istilah Airlangga untuk menekankan masyarakat tetap waspada dalam menghadapi perfect storm yang terdiri dari lima hal. Kelimanya adalah, Covid-19 yang belum selesai, conflict Ukraina yang berkepanjangan, climate change atau perubahan iklim, commodity price yang melonjak, dan cost of living dampak dari inflasi.
Senada dengan JK, Presiden Partai Buruh sekaligus Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta agar pejabat negara tidak menakut-nakuti soal dampak resesi global .
Dia mengecam keras cara pemerintah menebar rasa takut soal resesi. Sikap Said ini menanggapi ramainya topik perihal PHK dan resesi.
"Hentikan kalimat 'kebohongan' dan 'provokatif' yang menyatakan ancaman resesi akan menimbulkan dampak serius," ujar Said Iqbal.
Ia bilang tugas para menteri seharusnya menumbuhkan optimisme dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi resesi.
"Para Menteri yang menyatakan ancaman di depan mata adalah provokatif dan menimbulkan monster ketakutan bagi kaum buruh dengan momok monster PHK. Oleh karena itu, partai Buruh mengecam keras kalimat yang pesimis," tegasnya.