Aipda HR di bawa ke RS Khusus Daerah Sulsel atau Rumah Sakit Jiwa Dadi Makassar untuk dipulihkan kondisi kejiwaannya usai mencoret dinding kantor Polres Luwu.
"Kita ini ibaratnya bukan karena tidak setuju dengan tulisan itu, terus kita kirim ke sini, bukan karena itu. Itu untuk kepentingan perbaikan kondisi (kejiwaan) dia," kata Kapolres Luwu AKBP Arisandi, di Makassar, Selasa 18 Oktober 2022.
Saat ditanyakan apakah coretan pada sejumlah dinding Kantor Polres Luwu hingga di mobil patroli polisi bertuliskan 'Sarang Pungli' dan 'Sarang Korupsi' dituliskan HR adalah bentuk kekecewaan kepada institusinya, kata dia, belum bisa disimpulkan.
"Kalau masalah benar atau tidaknya tulisan itu, sekali lagi kita terbuka. Saya nggak tahu, makanya kebenaran kan harus kita cek silang. Tapi, sekali lagi kalau itu betul terjadi saya pasti koreksi itu," papar Arisandi.
Mengenai dengan ungkapan tulisan itu apakah pemicu dari dalam hati HR lalu dilampiaskan ke dinding Polres, perwira menengah Polri ini menyatakan, tidak mengetahui pasti, sebab masih dalam penanganan dokter kejiwaan.
"Saya nggak tahu ya, namanya pemicu. Itu yang bisa jelaskan mungkin dokter, apa pemicunya. Tapi, terlepas dari benar tidaknya tulisan itu, kami Polres Luwu terbuka untuk itu. Kalau memang ada pelayanan yang tidak pas, tidak sesuai ketentuan, kami terbuka untuk itu," katanya menegaskan.
Menurut dia, kepribadian HR baik, meski sebelumnya saat di penjagaan pernah memukuli temannya lalu dipindahkan ke bagian Urusan Kedokteran dan Kesehatan Polres biar punya waktu, tanpa tekanan supaya bisa istirahat.
Disinggung pula HR pernah menjabat kepala Unit Tindak Pidana Korupsi Polres setempat, dan sempat mendapatkan penghargaan, Kapolres menyatakan, soal penghargaan hanya mengetahui dari rekan-rekannya.
"Dulu katanya seperti itu, saya juga belum lihat penghargaannya. Tapi, berdasarkan cerita teman-temannya memang (ada). Tapi ada yang cerita teman-temannya, puncaknya itu pada saat orang tuanya meninggal pas Covid-19, kalau ngga salah bapaknya," katanya.
Dari titik awal itu setelah kehilangan orang tuanya, kata dia, bersangkutan mungkin mulai depresi karena sangat dekat dengan kedua orang tuanya.
Kejadian mencoret dinding polres berlangsung cepat, meski ada penjagaan, sebab bersangkutan polisi jadi bisa masuk dari pintu mana pun.
Ketemu Aipda HR Coretan ‘Sarang Pungli’ Kapolda Sulsel tak Lihat Tanda Gangguan Jiwa
Kapolda Sulsel Irjen Nana Sudjana mengaku tak melihat ada tanda-tanda gangguan kejiwaan pada diri Aipda Haerul alias Aipda HR.
Sosok Aipda HR ramai setelah melakukan aksi corat-coret ‘sarang pungli’, ‘sarang korupsi’ di sejumlah dinding Polres Luwu, akhir pekan lalu.
Irjen Nana Sudjana bertemu langsung dengan Aipda HR pada Senin (17/10/2022) malam.
Jenderal Polri bintang dua itu menemui Aipda HR yang tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi, Makassar.
Kepada Irjen Nana, Haerul mengungkap alasan dirinya melakukan aksi corat-coret ‘sarang pungli’.
Haerul mengaku sangat kesal karena saat hendak membuat SIM, ia malah diminta membayar Rp200 ribu.
“Kenapa dua hari setelah itu, saya mengurus SIM, tetap disuruh bayar Rp200 ribu. Akhirnya saya mencoret-coret,” ungkap Haerul.
Irjen Nana juga sempat berbincang dengan anggota Polres Luwu itu.
Akan tetapi, jika dilihat sekilas, dirinya tidak melihat Aipda HR mengalami gangguan kejiwaan.
Bahkan ketika bertemu langsung dan berbincang dengan Aipda Haerul, Irjen Nana mengaku tidak melihat tanda-tanda sebagai orang depresi.
Hal itu berbeda dengan rekam medis Haerul yang ia dapatkan dari Kapolres Luwu.
Dalam rekam medis itu, dinyatakan bahwa Haerul mengalami gangguan kejiwaan sejak setahun terakhir.
“Berdasarkan penelusuran rekam jejaknya, memang ini beberapa kali sering teriak-teriak gitu,” ungkapnya.
Kejadian itu juga disebut Nana tidak hanya sekali dua kali terjadi.
“Saat apel dan saat dalam masjid, kadang suka teriak-teriak seperti ada gangguan kejiwaan,” katanya.
Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Komang Suartana menambahkan, Aipda HR saat ini tengah menjalani perawatan sekaligus observasi.
“Belum ada hasil observasi karena menurut dokter, butuh waktu untuk melihat hasil observasi. Tidak seperti dengan penyakit medis lainnya,” terangnya.
Sementara, spesialis kedokteran Jiwa, dr Erwiyani Sutono menyatakan, pihaknya belum bisa mendiagnosa kondisi Haerul.
Pihaknya membutuhkan waktu setidaknya sekitar 14 hari untuk menentukan diagnosa seorang pasien. Itupun masih dibutuhkan campur tangan dari ahli lainnya.
“Pemeriksaan kesehatan akan melibatkan teman sejawat seperti psikiater, psikolog, dan beberapa ilmu lain dan bagaimana kondisi medis yang terperiksa,” jelasnya