Liz Truss, pada Kamis (20/10/2022), menyatakan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Inggris hanya enam pekan setelah ia diangkat. Kejatuhannya itu diakibatkan oleh program ekonomi yang menimbulkan gelombang kejutan di pasar keuangan bulan lalu dan memecah belah Partai Konservatif yang ia pimpin.
Berbicara di luar pintu kantor dan kediaman resminya di Downing Street 10, Truss mengakui bahwa ia tidak dapat memenuhi janji yang ia buat sewaktu mencalonkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, karena telah kehilangan kepercayaan dari partainya.
Pemilihan pemimpin akan diselesaikan dalam pekan depan untuk menggantikan Truss, yang menjabat perdana menteri dengan masa terpendek dalam sejarah Inggris. George Canning sebelumnya memegang rekor tersebut, dengan menjabat selama 119 hari ketika ia meninggal pada tahun 1827.
“Saya mengakui, mengingat situasinya, saya tidak dapat memenuhi mandate yang membuat saya dipilih oleh Partai Konservatif. Karena itu saya telah berbicara dengan Yang Mulia Raja untuk memberitahunya bahwa saya mengundurkan diri sebagai ketua Partai Konservatif,” katanya.
Sebelumnya, para petinggi Partai Konservatif telah berkumpul di Downing Street sementara semakin banyak anggota parlemen dari partai itu yang memintanya untuk mengundurkan diri.
Diangkat pada 6 September 2022, Truss terpaksa memecat menteri keuangan yang juga sekutu politik terdekatnya, Kwasi Kwarteng, dan meninggalkan hampir semua program ekonominya setelah rencana mereka untuk melakukan pemotongan pajak besar-besaran membuat jatuh nilai poundsterling dan obligasi Inggris. Tingkat dukungan terhadap kinerjanya dan Partai Konservatif ambruk.
Hari Rabu (19/10/2022), ia kehilangan menteri kedua dari empat menteri paling seniornya, menghadapi tertawaan ketika ia berupaya membela catatan kerjanya di parlemen dan menghadapi para anggota parlemen dari partainya secara terbuka bertengkar mengenai kebijakannya, sehingga memperdalam situasi kacau di Westminster.
Menteri keuangan yang baru Jeremy Hunt kini berupaya keras untuk mendapatkan puluhan miliar poundsterling dari pemotongan anggaran dalam upaya menenangkan investor dan membangun kembali reputasi fiskal Inggris, sementara ekonomi negara itu mengarah ke resesi dengan tingkat inflasi tertinggi dalam 40 tahun ini. [Reuters]