Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Dicecar Media Asing, Jokowi Jawab soal Berpihak ke Rusia atau Ukraina, Singgung Putin dan Zelensky


Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) memenuhi undangan wawancara bersama media asing untuk membahas mengenai persiapan KTT G20.


Dilansir TribunWow.com, Jokowi dimintai keterangan terkait rencana kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.


Ia juga dicecar mengenai kecenderungan untuk berpihak pada Rusia maupun Ukraina yang tengah berperang.

Sebagaimana diketahui, sejumlah negara sempat menekan Jokowi sebagai tuan rumah KTT G20 yang akan diselenggarakan pada 15 -16 November 2022.


Beberapa pemimpin negara hendak memboikot pertemuan tersebut jika Putin sebagai kepala negara Rusia mendapat undangan.


Untuk menengahi perseteruan, Jokowi akhirnya turut mengundang Zelensky sebagai perwakilan Ukraina, meskipun negara tersebut bukan anggota G20.


Sempat bertemu langsung dengan Putin dan Zelensky, Jokowi mengatakan keduanya masih menyatakan kesanggupan untuk hadir.


 

 

Ia pun berharap kedua pemimpin negara tersebut bisa menemukan solusi untuk perdamaian.


"Sampai detik ini, mereka masih mengungkapkan keinginan untuk hadir di pertemuan tersebut," kata Jokowi dikutip kanal YouTube Al Jazeera, Minggu (22/10/2022).


 

 

 

"Situasinya tidak mudah, diimbuhi kegaduhan yang semakin terasa, namun kami tetap berharap Presiden Putin dan Presiden Zelensky dapat menghadiri pertemuan ini untuk menumbuhkan ruang dialog dan mencari solusi."

Foto kiri: Potret Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Rabu (29/6/2022). Foto kanan: Presiden Jokowi bersama Presiden Putin usai memberikan keterangan pers bersama di Istana Kremlin, Moskow, Kamis (30/06/2022).
Foto kiri: Potret Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Rabu (29/6/2022). Foto kanan: Presiden Jokowi bersama Presiden Putin usai memberikan keterangan pers bersama di Istana Kremlin, Moskow, Kamis (30/06/2022). (Kolase BPMI Setpres/Laily Rachev dan Instagram/@jokowi)

 

Rusia dituding melakukan sejumlah kejahatan perang terkait penganiayaan pada masyarakat sipil dan sejumlah pelanggaran lain.


Menanggapi hal ini, Jokowi mengatakan bahwa kondisi perang bukanlah sesuatu yang bisa dinilai secara gamblang.


Ia menekankan bahwa menciptakan ruang dialog merupakan penyelesaian satu-satunya di tengah upaya saling tuding yang dilakukan dua negara.


"Ini adalah situasi yang sangat menantang, ini bukan masalah yang mudah," ucap Jokowi.


"Menciptakan ruang dialog juga bukanlah pekerjaan yang mudah secara persaingan semakin intens, ini yang ingin kami jembatani. Tapi sekali lagi, ini tidak mudah."


Sejumlah negara seperti Amerika dan Australia sempat meminta agar Rusia dilarang datang ke KTT G20.


Jokowi pun ditanya terkait apakah pemikiran untuk mengucilkan Putin seperti yang dilakukan sejumlah negara itu pernah terlintas di kepalanya.


"Mengucilkan tidak menyelesaikan masalah, tapi justru menambah masalah," ucap Jokowi.


"Yang penting di sini adalah bagaimana untuk menciptakan dialog, sebuah perundingan untuk menciptakan kesepakatan."


Jokowi kembali ditanya mengenai persetujuannya mengenai tudingan bahwa Rusia sudah melakukan kejahatan perang saat menyerang Ukraina.


Tak memberikan jawaban terang, Jokowi hanya menegaskan bahwa perundingan adalah satu-satunya jalan untuk berdamai.


Bahkan menurutnya, sanksi seperti yang dijatuhkan negara-negara Barat kepada Rusia tidak akan menyelesaikan masalah.


"Kembali lagi, ini akan lebih baik diselesaikan melalui meja perundingan, dengan duduk bersama mencari solusi bersama, bukan sanksi," tandasnya.

 

Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke- 01.30:

Hasil Diskusi dengan Putin dan Zelensky


Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) membeberkan pengalamannya saat bertandang ke wilayah konflik di Rusia dan Ukraina.


Dilansir TribunWow.com, pada saat itu, Jokowi sempat berdiskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.


Ia pun menerangkan topik yang dibahas kala itu adalah tentang krisis pangan dunia yang terjadi akibat perang.


 


Hal ini diungkapkannya saat menghadiri acara "Zikir dan Doa Kebangsaan 77 Tahun Indonesia Merdeka" di halaman Istana Merdeka Jakarta, Senin (1/8/2022).


Ia menyoroti ketersediaan gandum yang menipis di seluruh dunia.


Sehingga, masyarakat Eropa, Afrika dan sebagian Asia yang menjadikan gandum sebagai makanan pokoknya, terancam kelaparan.


Kondisi inilah yang diangkat Jokowi untuk dirundingkan dengan Zelensky dan Putin.


Terungkaplah fakta bahwa di Ukraina, ada 77 juta ton gandum yang tertahan akibat perang.


"Saya saat itu ke Ukraina ketemu Presiden Zelensky, dia cerita kepada saya, ada stok di Ukraina," kata Jokowi. dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Selasa (2/8/2022).


"Stok di gudang 22 juta ton, stok dalam proses panen 55 juta ton. Artinya ada 77 juta ton gandum diam di Ukraina enggak bisa keluar karena perang."


Ladang gandum di Izmail, Ukraina.
Ladang gandum di Izmail, Ukraina. (YouTube FRANCE 24 English)

 

Sementara itu, setelah melakukan perjalanan panjang ke Rusia, Jokowi kembali disuguhi fakta baru.


Menurut Jokowi, Rusia memiliki stok gandum sebanyak 130 juta ton, yang juga kesulitan diekspor karena perang.


"Saya bicara 1,5 jam dengan Presiden Zelensky. Naik kereta api dari Polandia ke Kyiv di Ukraina 12 jam, balik lagi ke Polandia 12 jam," beber Jokowi.


"Pindah ke Moskow, ketemu Presiden Putin. Dia cerita juga kepada saya, ada stok gandum di Rusia itu 130 juta ton."


Sebagai informasi, Rusia dan Ukraina termasuk dalam negara penghasil gandum terbesar di dunia.


Namun kini, secara total ada 207 ton gandum yang tak bisa didistribusikan di kedua negara.


Jika kondisi ini terus berlangsung, maka bisa diprediksi bahwa dalam 6 bulan mendatang, rakyat di sejumlah negara akan mengalami krisis pangan yang akut.


"Berarti Ukraina plus Rusia jumlah stok gandumnya ada 207 juta ton. Inilah yang sekarang ini menyebabkan 330 juta orang kelaparan," sebut Jokowi.


"Dan mungkin 6 bulan lagi bisa 800 juta orang akan kelaparan dan kekurangan makan akut karena tidak ada yang dimakan."

Sumber Berita / Artikel Asli : tribunnews.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved